Bobo.id - Apakah teman-teman pernah berkunjung ke Dieng Plateau alias dataran tinggi Dieng?
Belakangan ini kawasan dataran tinggi Dieng banyak menarik perhatian karena daunnya yang diselimuti es.
Dieng juga terkenal karena wisata alamnya yang indah seperti Gunung Sikunir, Telaga Warna, Kawah Sikidang, hingga Gunung Prau.
Tak hanya itu saja, ternyata dataran tinggi Dieng menyimpan fakta menarik yang wajib kamu ketahui.
Apa saja? Kita cari tahu bersama, yuk!
1. Daun Diselimuti Es
Di musim kemarau seperti sekarang ini, temperatur di Kawasan Dataran Tinggi Dieng sangat menusuk tulang.
Ini karena Dieng berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu, suhu Dieng bisa sangat rendah.
Tahukah teman-teman? Pada pagi hari suhu di dataran tinggi Dieng bisa mencapai -1 derajat celcius, lo.
Baca Juga: Menarik Perhatian Banyak Turis, Ini Penyebab Munculnya Embun Es di Dieng
Saking dinginnya, teman-teman bisa menemukan embun beku pada dedaunan yang disebut penduduk lokal sebagai "bun upas".
Dedaunan itu nampak diselimuti es hingga setebal 0,5 sentimeter. Sayangnya, embun ini bisa membunuh tanaman komoditas, nih.
2. Punya Desa Tertinggi di Pulau Jawa
Tidak hanya punya daun yang diselimuti es saja, Dieng juga punya desa tertinggi di Pulau Jawa, teman-teman.
Desa itu bernama Desa Sembungan yang terletak di ketinggian 2306 meter di atas permukaan laut.
Desa yang dihuni lebih dari 1300 jiwa itu dipercaya sebagai desa induk di Kawasan Dieng sebelum akhirnya warga menyebar dan membentuk desa lain.
3. Ditumbuhi Buah Carica Khas Dieng
Baca Juga: Bisa Jadi Pengisi Libur Panjang, Ini 5 Tempat Wisata Keluarga di Dieng
Keunikan lainnya dari dataran tinggi Dieng adalah buah carica atau yang sering dikenal dengan pepaya gunung.
Tahukah teman-teman? Carica ini hanya bisa tumbuh di ketinggian 1500 hingga 3000 meter di atas permukaan laut, lo.
Buah yang besarnya seukuran mangga ini memang berasal dari Pegunungan Andes, teman-teman.
Konon, Carica dibawa ke dataran tinggi Dieng oleh pemerintah kolonial Belanda menjelang Perang dunia kedua.
Penduduk Dieng umumnya akan mengolah Carica menjadi manisan, keripik, dodol, dan sirup.
4. Anak Bajang
Selain buah Carica yang hanya tumbuh di kawasan dataran tinggi Dieng, ternyata anak bajang juga jadi salah satu ciri khas Dieng.
Sekilas anak-anak ini memang terlihat seperti anak normal biasa. Namun, jika kita melihatnya lebih dekat, kita akan menemukan sesuatu yang berbeda.
Yap, anak bajang ini memiliki rambut gimbal alami yang tidak sengaja dibuat, teman-teman.
Baca Juga: Fenomena Embun Es Muncul Lagi di Dieng! Ternyata Bisa Berdampak pada Petani
Dalam mitologi Dieng, anak Bajang atau anak berambut gimbal ini merupakan titisan para leluhur Dieng Plateau.
Jika sudah cukup dewasa, maka akan ada momentum rambut gimbal ini akan dipotong dengan melakukan ritual tertentu.
5. Domba Dieng
Domba memang merupakan hewan yang umum ada di Indonesia, namun domba yang ada di Dieng ini beda dari domba yang lain.
Sebab, domba dieng ini adalah spesies domba yang habitatnya hanya ada di dataran tinggi Dieng, teman-teman.
Salah satu hal menonjol yang membedakannya dengan domba lokal lainnya adalah mereka memiliki bulu yang cenderung lebih tebal.
Domba ini diketahui termasuk dalam jenis domba Texel yang didatangkan dari Belanda sekitar tahun 1954 dan 1955.
Kawasan dataran tinggi Dieng ini dipilih karena Dieng memiliki suhu yang dingin dan dianggap menyamai suhu yang ada di Belanda.
Nah, itulah lima fakta menarik terkait dataran tinggi Dieng. Apakah teman-teman tertarik mengunjunginya?
Baca Juga: Di Dieng, Embun Es yang Muncul di Musim Kemarau Disebut Embun Racun, Kenapa Begitu?
----
Kuis! |
Apa nama desa disebut paling tinggi di Jawa? |
Petunjuk: cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR