Bobo.id - Kereta api merupakan alat transportasi umum darat yang memiliki jalur khusus atau jalur cepat, teman-teman.
Banyak masyarakat yang memilih menggunakan kereta karena memiliki waktu tempuh yang singkat.
Bagaimana tidak? Dengan jalur khususnya, kereta api Indonesia dapat melaju hingga kecepatan 120 kilometer per jam, lo.
Namun tidak seperti kendaraan darat lainnya, kereta api merupakan alat transportasi yang tidak bisa berhenti mendadak.
Kereta api baru bisa benar-benar berhenti setidaknya setalah 1,6 kilometer sejak pengereman, teman-teman.
Inilah yang membuat banyaknya korban jiwa saat kecelakaan kereta api, baik di Indonesia maupun luar negeri.
Memangnya, apa alasan kereta yang membuat kereta api tidak bisa berhenti mendadak? Kita cari tahu bersama, yuk!
1. Berat Kendaraan
Umumnya, rangkaian kereta jarak jauh di Indonesia memiliki rangkaian 8 hingga 12 gerbong, teman-teman.
Baca Juga: Apa Manfaat Batu Kerikil di Sepanjang Perlintasan Kereta Api? #AkuBacaAkuTahu
Nah ini berarti, bobot kereta yang bergerak mencapai 6.000 ton. Tentu perlu energi yang besar untuk membuat kereta bisa berhenti.
Semakin besar dan berat kendaraan, maka jarak yang dibutuhkan agar kendaraan bisa berhenti akan semakin panjang.
Memiliki kecepatan yang sama, mobil penumpang yang memiliki berat yang lebih ringan bisa berhenti lebih cepat.
2. Sistem Pengereman
Hal kedua yang mejadi alasan kereta api tidak bisa berhenti mendadak adalah sistem pengeremannya.
Perlu diketahui, sistem pengereman kereta berbeda dengan yang ada pada kendaraan lainnya, seperti mobil.
Ketika kereta bergerak, itu artinya kereta menghasilkan energi kinetik yang besar. Energi inilah yang harus diubah untuk membuat kereta berhenti.
Dilansir dari Kompas.com, ada dua cara yang sudah diterapkan untuk menghentikan laju kereta api.
Pertama adalah pengereman balok, dimana ada balok yang menempel di roda sehingga menghasilkan energi panas untuk memperlambat laju kereta.
Baca Juga: Aturan Baru Perjalanan Antarkota dengan Kereta Api, Berlaku Mulai 17 Juli 2022
Kedua adalah rem udara, yakni udara yang akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat kereta perlahan berhenti.
Meskipun kini kereta sudah banyak yang dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak.
Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar untuk menghentikan kereta lebih cepat.
3. Ilusi Jarak Kereta
Seperti kita tahu, kereta memiliki ukuran yang sangat besar dengan tinggi lima meter dan lebar tiga meter.
Dengan rel kereta yang lurus dan sudut pandang manusia terhadap kereta, hal ini bisa membuat ilusi optik, teman-teman.
Ilusi yang tercipta adalah kereta berjalan lambat dan terlihat masih jauh. Padahal, kereta bergerak jauh lebih cepat dan dekat.
Ilusi optik inilah yang sering membuat orang menganggap remeh ketika sedang menyeberang rel kereta.
Cara Aman Melintasi Rel Kereta Api
Untuk meminimalisir kecelakaan yang terjadi, berikut ini tips melintas di perlintasan rel kereta api:
1. Kurangi kecepatan kendaraan.
2. Ketika pintu sudah berbunyi, jangan justru menambah kecepatan untuk segera menyeberang.
3. Hati-hati saat melewati perlintasan kereta.
4. Jaga jarak aman saat berhenti menunggu.
5. Melihat kanan kiri serta mendengar jika ada suara kereta mendekat atau suara peringatan pintu kereta.
6. Setelah kereta lewat, ikuti arahan petugas untuk berjaga jika ada kereta kedua yang akan lewat.
Namun, ketika saat berjalan-jalan dengan orang tua dan menemui lintasan kereta yang tidak ada pintunya, kita harus lebih waspada.
(Penulis: Nadia Faradiba)
----
Kuis! |
Kereta baru bisa berhenti setelah menempuh jarak? |
Petunjuk: cek di halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR