Bobo.id - Salah satu julukan negara Indonesia adalah negara maritim. Namun, apakah teman-teman tahu kenapa Indonesia dijuluki sebagai negara maritim?
Kata maritim sendiri artinya berkaitan dengan laut, berhubungan dengan pelayaran, atau perdagangan di laut.
Lalu, istilah negara maritim adalah negara yang bergerak di sektor perairan.
Ciri-ciri dari negara maritim adalah mempunyai sumber daya air yang melimpah dan mempunyai wilayah perairan yang luas.
Bahkan, wilayah perairannya lebih luas daripada wilayah daratannya, lo.
Oleh karena itu, daratan negara maritim dikelilingi oleh lautan atau perairan.
Berikut penjelasan lebih lanjut kenapa Indonesia dijuluki sebagai negara maritim.
Alasan Kenapa Indonesia Menjadi Negara Maritim
Menurut catatan, Indonesia mempunyai sekitar 17.499 pulau dan bergaris pantai sepanjang 81.000 kilometer.
Bahkan, luas wilayah negara Indonesia sekitar 3,25 juta kilometernya adalah lautan dan hanya sekitar 2,01 juta kilometer yang berupa daratan.
Apalagi, posisi Indonesia yang strategis membuatnya mempunyai wilayah laut dan selat untuk jalur perdagangan.
Berikut alasan lainnya kenapa Indonesia dijuluki negara maritim, yaitu:
Indonesia Mempunyai Lautan yang Luas
Indonesia adalah negara yang mempunyai pulau-pulau besar. Membentang dari wilayah Sabang di Aceh hingga Merauke di Papua.
Bahkan, Indonesia mempunyai pulau-pulau kecil sekitar 17.499 pulau dengan total luas negara kurang lebih sekitar 7,81 juta kilometer persegi.
Tentu saja luas ini termasuk wilayah daratan dan lautan. Alasan inilah yang membuat Indonesia mendapatkan julukan sebagai negara maritim.
1. Mempunyai Posisi Geostrategis
Alasan kedua kenapa Indonesia mendapatkan julukan maritim adalah karena posisinya yang geostrategis.
Artinya, Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu benua Asia dan benua Australia, sekaligus terletak di antara dua samudra, yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia.
Tentu ini menjadi keunggulan Indonesia sebagai negara maritim.
Karena, dengan posisi ini wilayah Indonesia menjadi jalur lalu lintas pelayaran internasional yang sibuk.
Bahkan, hampir semua negara di dunia yang ingin melakukan perdagangan di Asia dan Australia melewati wilayah Indonesia terlebih dahulu.
Baca Juga: Mana yang Gizinya Lebih Tinggi, Ikan Laut Atau Ikan Air Tawar?
2. Kekayaan Laut yang Melimpah
Karena mempunyai wilayah laut yang luas, Indonesia pastinya mempunyai kekayaan sumber daya laut yang banyak.
Hasil sumber daya laut itu banyak, mulai dari ikan, minyak bumi, tumbuhan laut, hingga pariwisata.
Bahkan, pemasukan negara Indonesia juga banyak disumbang dari hasil laut, lo.
Menurut catatan yang dikeluarkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kekayaan laut Indonesia nilainya sekitar 1.700 triliun rupiah, lo!
3. Maju dalam Bidang Perikanan dan Kelautan
Indonesia bisa dijuluki negara maritim karena maju dalam bidang perikanan dan kelautan, serta mempunyai potensi hasil laut yang banyak.
Oleh karena itu, Indonesia juga turut berpartisipasi pada pasokan hasil perikanan dan mengekspor hasil perikanan ke seluruh dunia.
Akibat kualitas perikanannya yang bagus, Indonesia mempunyai pasar utama ke negara Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Taiwan, Malaysia, Singapura, Thailand, Italia, Vietnam, hingga Hong Kong.
Hasil laut yang banyak diekspor adalah udang, tuna, gurita, cumi-cumi, rajungan, hingga rumput laut.
Nah, itulah keempat alasan kenapa Indonesia mendapatkan julukan sebagai negara maritim.
Baca Juga: Jadi Hewan Tanpa Otak dan Darah, Ini 6 Fakta Unik Bintang Laut
Alasan pertama karena Indonesia mempunyai lautan yang luas dan yang terakhir karena maju dalam bidang perikanan dan kelautan.
(Penulis: Nur Jamal Shaid)
---
Kuis! |
Apa berapa pulau yang Indonesia miliki? |
Petunjuk: Cek halaman 1! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR