Sayangnya, pemikiran Pak Pedi betul-betul sederhana. Ia malah cemberut dan menggerutu,
“Kenapa aku harus menggali tanah untuk membuat ceruk? Apa Pak Polisi tidak lihat? Yang panjang itu telinga Elka, bukan kakinya!”
Pak Polisi tak mau membuang waktu. Ia tak peduli apa yang dipikirkan Pak Pedi. Pak Polisi segera menggali ceruk tipis di tanah di sepanjang terowongan. Pak Pedi terpaksa membantunya.
Beberapa saat kemudian, pekerjaan mereka selesai. Kini tampak ada parit tipis di sepanjang terowongan. Elka pun bisa lewat di terowongan itu dengan membawa barang dagangan. Telinganya tetap berdiri tegak tanpa menyentuh langit-langit terowongan.
Walaupun begitu, Pak Pedi tetap tidak mengerti. Mengapa telinga Elka bisa muat tanpa menyentuh langit-langit terowongan. Padahal yang digali adalah tanah, bukan langit-langit terowongan.
Ide pokok yang ingin disampaikan penulis pada pembacanya adalah sebelum melakukan sesuatu ada baiknya kita memerhatikan sekitar.
Jangan sampai tindakan yang mulanya untuk alasan yang baik, tapi dilakukan dengan cara yang melanggar aturan atau hukum.
Itu disampaikan di cerita, Pak Pedi ditegur oleh polisi karena memahat terowongan sembarangan yang melanggar hukum.
Selain itu, kita juga harus menyelesaikan sebuah masalah dengan melihat dari berbagai sisi dan menerima masukan. Jangan hanya yakin dengan pendapat sendiri.
Di cerita dijelaskan Pak Polisi memberikan solusi pada Pak Pedi agar menggali tanah.
Namun, Pak Pedi mulanya tak maun mendengarkan karena menurutnya bagian telinga keledai yang membutuhkan ruang agar mereka bisa keluar.
Padahal menggali tanah juga pada akhirnya bisa membantu Pak Pedi dan keledainya keluar dari terowongan.
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR