Bobo.id - Sama seperti manusia, kucing juga memiliki saluran pencernaan sebagai tempat jalur dan penyerapan makanan yang dikonsumsi.
Kucing juga punya lambung dan usus untuk mencerna makanan, sebelum akhirnya sisa-sisa makanan akan dibuang melalui anus.
Nah, kali ini kita akan mengenal tentang anatomi, fungsi, dan gangguan pada saluran pencernaan kucing. Yuk, simak!
Kucing memasukkan makanannya melalui mulut, di mana makanan tersebut akan digigit tapi bukan dikunyah.
Tahukah kamu? Kucing tidak mengunyah makanan karena gigi kucing tidak datar seperti manusia yang mempunyai gigi geraham.
Namun, lidah kucing yang memiliki tekstur kasar membantu makanan terobek dan mudah ditelan karena bantuan air liur.
Esofagus atau kerongkongan adalah saluran pertama yang akan dilewati makanan setelah berada di mulut.
Setelah berada di kerongkongan, makanan selanjutnya akan dicerna di dalam perut atau lambung.
Dengan bantuan enzim di lambung, makanan akan mudah diserap nutrisinya, terutama protein.
Di dalam usus, terjadi dua proses, yaitu kantung empedu akan mengeluarkan cairan empedu dan pankreas akan mengeluarkan beberapa enzim.
Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak besar menjadi lebih kecil sehingga dapat diserap dalam tahap pencernaan selanjutnya.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Kucing Ras Russian Blue, Salah Satunya Hampir Punah Saat Perang Dunia II
Sedangkan enzim pada pankreas berfungsi untuk menetralkan molekul dalam makanan dan membantu mencerna gula, lemak dan protein.
Bagian terpanjang pada saluran pencernaan kucing adalah usus kecil, yang berfungsi untuk menyerap semua nutrisi pada makanan.
Pada usus kecil terdapat vili yang akan menyerap protein, enzim, elektrolit dan air.
Selanjutnya di usus besar akan terjadi penyerapan air dan elektrolit yang tersisa.
Bakteria bermanfaat akan menghasilkan enzim untuk memecah lagi molekul makanan.
Rektum adalah tempat di mana feses atau sisa makanan akan terkumpul untuk siap dikeluarkan.
Perjalanan atau pencernaan makanan pada kucing mulai dari mulut hingga anus yaitu sekitar 20 jam.
Ada dua penyebab terjadinya penyakit pada pencernaan kucing yang sering ditemukan, yaitu parasit dan bakteri.
Penyakit pencernaan yang disebabkan oleh parasit contohnya cacingan, sedangkan yang disebabkan oleh bakteri adalah diare.
Ada beberapa jenis cacing yang bisa menyebabkan cacingan pada kucing, salah satunya yaitu cacing Toxocara sp.
Penularannya dapat terjadi melalui susu induk kucing, lingkungan, dan kutu-kutuan.
Baca Juga: Disukai Kucing, Bolehkah Tanaman Catnip Diberikan pada Anjing?
Kutu Ctenocephalides yang dapat membawa telur cacing berukuran sebutir nasi di dalam perutnya.
Ketika kutu ini loncat dan hinggap di tubuh kucing, kucing akan merasa gatal dan menggaruk bagian tubuhnya.
Dengan tidak sengaja, kutu ini mati dan termakan oleh kucing ketika kucing dan telur cacing tetap hidup, tumbuh, dan berkembang di dalam pencernaan kucing.
Diare pada kucing biasanya terjadi karena kontaminasi bakteri pada makanan, salah memilih makanan, infeksi, dan juga gejala keracunan.
Kucing tidak cocok dengan jenis makanan berbumbu dan berempah seperti yang dimakan manusia, teman-teman.
Bahan-bahan ini dapat menyebabkan reaksi di dalam pencernaan kucing sehingga menimbulkan diare.
Infeksi penyebab diare dapat terjadi karena adanya bakteri, virus, dan keracunan.
Bakteri yang terdapat di dalam makanan dan tempat makan kucing dapat menginfeksi pencernaan kucing sehingga mengalami diare.
Baca Juga: Pemilik Kucing Wajib Tahu! Ini 7 Penyebab Kucing Pergi dari Rumah
---
Kuis! |
Proses pencernaan apa yang terjadi di usus kucing? |
Petunjuk: Cek halaman 2! |
Tonton video ini, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR