Bobo.id - Tahukah teman-teman legenda Raja Arthur, yang disebut sebagai raja pertama Inggris?
Raja Arthur adalah raja legendaris dalam mitologi Inggris Kuno yang diyakini menjadi pemimpin bangsa Keltik (Celtic) di Inggris Kuno.
Ia tinggal di wilayah bernama Camelot dan memiliki pedang ajaib Excalibur.
Beberapa orang berpendapat Raja Arthur hidup pada akhir abad ke-5 sampai awal abad ke-6.
Selama hidupnya, Raja Arthur memiliki banyak pendamping, salah satunya adalah para Ksatria Meja Bundar dan penyihir Merlin.
Wah, benarkah itu?
Yuk, kita gali informasi sejarahnya lebih dalam.
Legenda Raja Arthur dan Penyihir Merlin
Meski banyak dipercaya bahwa Raja Arthur adalah raja pertama Inggris, ternyata banyak bukti mengatakan bahwa cerita Raja Arthur adalah berupa mitologi atau karangan saja, lo.
Dahulu kala, di Inggris terjadi era Anglo-Saxon pada abad ke-9 atau cikal bakal terbentuknya kerajaan Inggris.
Nah, legenda Raja Arthur ini terjadi sebelum era Anglo-Saxon, yakni pada abad ke-5.
Baca Juga: Memiliki Wilayah Koloni Terluas di Bumi, Ketahui 7 Fakta Menarik Kerajaan Inggris Ini
Sebelum terjadi era Anglo-Saxon, tidak ada kejelasan apakah Inggris berbentuk kerajaan kecil atau kerajaan besar yang dipimpin seorang raja.
Saking lamanya, tidak banyak bukti sejarah mengenai era tersebut.
Namun, menurut legenda, sebelum era Anglo-Saxon terjadi, Inggris dipimpin oleh raja bernama Arthur.
Arthur berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dengan bantuan para ksatria dan pedang ajaib Excalibur.
Bahkan, Arthur memiliki guru seorang penyihir bernama Merlin.
Nah, legenda Raja Arthur sebagai raja pertama Inggris dan penyihir Merlin ini sangat terkenal di Inggris.
Bahkan, banyak orang percaya bahwa Raja Arthur dan Penyihir Merlin benar-benar ada.
Namun, kisah Raja Arthur dan Penyihir Merlin ini banyak disebut hanya sebagai kisah legenda saja oleh para peneliti.
Menurut para peneliti, Raja Arthur mungkin benar-benar ada pada zaman Celtic, sebagai pemimpin suku besar.
Namun, keberadaan Penyihir Merlin kemungkinan besar hanyalah legenda saja.
Raja Pertama Inggris yang Sebenarnya
Baca Juga: Kenapa Ratu Elizabeth II dan Keluarga Kerajaan Inggris Lain Tak Pakai Nama Belakang?
Nah, sekarang kita memasuki era Anglo-Saxon, yuk!
Pada abad ke-9, terjadi sebuah migrasi besar orang Jermanik ke Inggris.
Mereka membentuk koloni dan budaya baru, yang dinamakan era Anglo-Saxon.
Seiring waktu, terciptalah tujuh kerajaan Anglo-Saxon kuno di seluruh Inggris, yaitu:
1. East Anglia
2. Mercia
3. Northumbria
4. Wessex
5. Essex
6. Kent
7. Sussex
Baca Juga: 5 Ruang di Istana Buckingham Inggris yang Dibuka untuk Wisatawan
Kemudian, tujuh kerajaan ini pun sepakat untuk bekerja sama dalam satu kepemimpinan.
Para ahli sejarah yakin bahwa kerajaan besar ini dipimpin oleh raja Kerajaan Wessex atau Kerajaan Saxon Barat di barat daya Inggris.
Raja pertamanya adalah Egbert dan umum diakui sebagai raja pertama Inggris.
Berikut penguasa Inggris di era Anglo-Saxon dan tahun berkuasanya:
1. Egbert (802-839)
2. Aethelwulf (Ethelwulf) (839-856)
3. Aethelbald (Ethelbald) (856-860)
4. Aethelberht (Ethelbert) (860-865)
5. Aethelred I (Ethelred) (865-871)
6. Alfred the Great (871-899)
7. Edward the Elder (899-924)
Baca Juga: Kenapa Pasukan Tentara Kerajaan Inggris Tidak Boleh Bergerak saat Bertugas?
Setelah kematian Edward the Elder, Athelstan naik takhta.
Saat itu, tujuah kerajaan Anglo-Saxon bersatu dan menjadi kerajaan Britania Raya hingga sekarang.
Jadi, legenda bahwa raja pertama Inggris memiliki guru seorang penyihir itu kemungkinan besar hanyalah sebagai dongeng saja, ya, teman-teman.
Karena, raja pertama Inggris bukanlah Raja Arthur, melainkan Raja Egbert yang dilantik pada era Anglo-Saxon.
(Penulis: Thea Arnaiz/ NikenBestari)
----
Kuis! |
Apa nama pedang ajaib Raja Arthur? |
Petunjuk: Cek halaman 2! |
Tonton video ini juga, yuk!
----
Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas,World History,Britannica |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR