Di luar atmosfer Bumi, Bulan tampak gelap dengan pantulan sinar dari Matahari. Ini yang membuatnya tampak abu-abu kecoklatan.
Warna abu-abu pada Bulan ini dikarenakan sebagian besar mengandung oksigen, silikon, magnesium, besi, kalsium, dan alumunium.
Sebenarnya ada juga batuan Bulan yang berwarna kehijauan yang dikenal sebagai olivine, namun jumlahnya tidak banyak.
Batuan bulan yang berwarna lebih terang biasanya adalah feldspar plagioklas, sedangkan batuan yang lebih gelap adalah piroksen.
Sebagian besar bebatuan yang kita lihat adalah batuan vulkanik dan kemudian dikeluarkan dari dalam Bulan selama letusan gunung berapi.
Dilansir dari Universe Today, saat kita melihat Bulan dari Bumi, sebagian atmosfer akan menghalangi pandangan kita.
Nah, hal inilah yang akan memengaruhi bagaimana warna Bulan akan terlihat oleh mata, teman-teman.
Saat Bulan berada rendah di atas langit, kita akn melihat cahaya Bulan menembus sebagian besar atmosfer sehingga Bulan terlihat merah.
Semakin tinggi langit, Bulan akan semakin tertutup oleh atmosfer. Hal ini menyebabkan warna Bulan berubah menjadi lebih kuning.
Sementara itu, saat posisi Bulan sedikit lebih tinggi, blocking dari atmosfer Bumi menyebabkan pada siang hari Bulan terlihat putih kebiruan.
Sederhananya, saat siang hari, Bulan harus bersaing dengan sinar Matahari yang juga dihamburkan oleh atmosfer sehingga tampak berwarna putih.
Baca Juga: Jangan Sampai Terlewat, Ini 7 Fenomena Langit Bulan September 2022, Akan Ada Ekuinoks!
Source | : | Kompas.com,NASA,Live Science,warna bulan sebenarnya |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR