Terlebih pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V tahun 1823-1855, yang terkenal sangat memperhatian seni dan budaya.
Bahkan sosok sultan itu juga pernah melakukan pertunjukan wayang orang dengan Pangeran Mangkubumi.
Lalu pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII yaitu tahun 1877 hingga 1921, seni wayang orang mulai dilengkapi dengan Serat Pocapan.
Serat ini adalah teks dialog pada setiap tokoh saat pementasan dilakukan.
Pada tahun 1918, sultan mendirikan perkumpulan Krida Beksa Wirama yang menjadi langkah pertama untuk mengenalkan ilmu tari ke luar lingkungan keraton.
Sejak saat itu, wayang orang mulai bisa dipentaskan oleh masyarakat biasa dan tidak hanya dimainkan di dalam keraton saja.
Puncak berkembangnya wayang orang terjadi pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII yaitu tahun 1921 hingga 1939.
Bahkan saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono VIII terkenal sebagai pelindung besar wayang orang, lo.
Pada masa pemerintahannya saja ada 11 pertunjukan wayang orang sekala besar diselenggarakan.
Salah satu pertunjukan yang cukup besar adalah lakon bersambung Mintaraga dan Samba Sembit yang dimainkan selama empat hari untuk merayakan pernikahan putri Sultan.
Namun masa kejayaan wayang orang mulai meredup sejak terjadinya Perang Dunia II dan kependudukan Jepang membuat kondisi keraton menjadi buruk.
Baca Juga: Sejarah Hari Wayang Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 7 November Beserta Link Twibbon
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR