Bobo.id - Teman-teman pasti pernah mendengar teknik berperang gerilya, bukan?
Apalagi, saat mendengarkan cerita Jenderal Sudirman yang melawan Belanda dengan cara bergerilya.
Jenderal Sudirman dan pasukannya melakukan perlawanan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 dan melakukan gerilya selama tujuh bulan, untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Namun, sebenarnya perang gerilya itu bagaimana, ya? Simak, penjelasan tentang gerilya melalui penjelasan berikut, yuk!
Apa Itu Strategi Perang Gerilya?
Istilah gerilya berasal dari bahasa Spanyol, yaitu ‘guerrilla’ yang artinya perang kecil.
Sedangkan, menurut KBBI gerilya adalah cara berperang yang tidak terikat secara resmi pada ketentuan perang.
Jadi, perang gerilya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, secara tiba-tiba, berskala kecil, dan tidak terbuka.
Taktik perang ini dilakukan oleh Jenderal Sudirman bersama pasukannya ketika melawan Belanda, yang berusaha merebut kedaulatan bangsa.
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat A. H. Nasution, pernah menuliskan dalam buku Pokok-Pokok Geriya, kalau gerilya adalah taktik yang baik.
Alasannya, gerilya bisa mengelabui dan menipu musuk, serta melakukan serangan kilat.
Bahkan, taktik berperang gerilya cocok digunakan untuk menyerang sekelompok lawan dalam jumlah besar, yang tidak memahami medan pertempuran.
Oleh karena itu, gerilya membuat pasukan Jenderal Sudirman selalu menang melawan pasukan Belanda.
Rute Gerilya Jenderal Sudirman
Meskipun sedang sakit Tuberkulosis saat perang gerilya, namun tidak membuat Jenderal Sudirman menyerah.
Sejak Belanda melancarkan agresinya pada 19 Desember 1948, Jenderal Sudirman memulai rute gerilya dari Bintaran dan berakhir di Mangkubumen, Yogyakarta.
Pasukan Jenderal Sudirman menempuk jarak sekitar 1.009 kilometer dengan rute, Yogyakarta - Bantul - Gunung Kidul - Wonogiri - Pacitan - Ponorogo - Trenggalek - Tulungagung - Kediri - Nganjuk - Sleman.
Profil Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman dihormati sebagai perwira tertinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Ia juga merupakan Panglima Besar TNI pertama, yang lahir di Purbalingga pada 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang pada 29 Januari 1950.
Jenderal Sudirman sejak kecil dikenal sebagai pelajar yang aktif dan pintar.
Sudirman juga mengikuti berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler, seperti program kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah.
Baca Juga: Pertempuran Ambarawa Dipimpin Jenderal Sudirman, Mengusir Pasukan Sekutu dengan Strategi Supit Urang
Pada tingkat sekolah menengah, Sudirman menunjukkan kemampuan memimpin dan berorganisasi.
Setelah berhenti kuliah keguruan pada 1936, Sudirman mulai bekerja menjadi guru kemudian diangkat menjadi kepala sekolah di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah.
Tidak hanya itu, Sudirman juga turut aktif dalam Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937.
Saat pendudukan Jepang di Indonesia, Sudirman tetap menjadi pengajar hingga berhenti di tahun 1944, untuk bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA), yaitu organisasi militer bentukan Jepang.
Saat bergabung dengan PETA, berkat bakat dan kemampuannya Sudirman diangkat sebagai komandan batalion di Banyumas, Jawa Tengah.
Nah, itulah pengertian dari taktik perang gerilya yang digunakan oleh Jenderal Sudirman untuk melawan pasukan Belanda pada Agresi Militer Belanda II.
(Penulis: Arum Sutrisni Putri)
(Sumber foto: Hardjanto/commons.wikimedia.org)
---
Baca Lagi: |
Apa Itu Strategi Perang Gerilya? (halaman 1) |
Rute Gerilya Jenderal Sudirman (halaman 2) |
Profil Jenderal Sudirman (halaman 2) |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan dunia satwa? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo dan Mombi SD.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Thea Arnaiz |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR