Dengan masuknya Islam ke Kerajaan Tidore, berbagai aspek kehidupan masyarakat pun ikut terpengaruh.
Sepeninggal Sultan Djamaluddin, Kesultanan Tidore dipimpin oleh Sultan Al Mansur. Ia memindahkan ibu kota dekat Kerajaan Ternate.
Dalam sejarahnya, Kerajaan Tidore memang mengalami beberapa kali pemindahan pusat pemerintahan karena berbagai sebab.
Letak ibu kotanya yang terakhir adalah di Limau Timore, yang kemudian berganti nama menjadi Soa-Sio hingga saat ini.
Selain itu, pada kepemimmpinan Sultan Al Mansur, pengaruh asing pun mulai masuk ke Maluku Utara.
Pada 1521, Sultan Mansur menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate.
Masa Kejayaan Kerajaan Tidore
Masa Kejayaan Kerajaan Tidore ini diketahui berada pada kepemimpinan Sultan Nuku pada 1897-1805.
Saat ia berkuasa, wilayah kekuasaannya telah berkembang ke sebagian besar Pulau Halmahera, Pulau Buru, Pulau Seram, dan Papua bagian barat.
Dengan struktur pemerintahan yang sudah teratur, kehidupan politik Kerajaan Tidore pun bisa berjalan dengan lancar dan baik.
Tak hanya itu saja, Sultan Nuku juga dianggap paling gigih dan sukses dalam melawan dan mengusir Belanda.
Baca Juga: Kerajaan Mataram Islam: Sejarah Berdirinya, Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalannya
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Kompas.com,gramedia.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR