Bobo.id - Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, teman-teman akan dikenalkan dengan berbagai jenis majas.
Dari beragam jenis majas tersebut, pada materi Bahasa Indonesia kurikulum merdeka kelas VII SMP, teman-teman akan dikenalkan dengan majas sarkasme.
Majas merupakan bahasa kiasan yang digunakan untuk membuat orang lain tertarik.
Penggunaan majas bisa diterapkan pada banyak hal, seperti menulis cerita, artikel, hingga digunakan untuk bercakap-cakap.
Seperti disebut sebelumnya, majas memiliki beberapa jenis, yaitu majas perbandingan, pertentangan, penegasan, dan sindiran.
Setiap jenis majas itu masih dibagi menjadi beberapa macam yang berbeda.
Kali ini, kita akan mengenal majas sarkasme yang merupakan bagian dari majas sindiran.
Pengertian Majas Sarkasme
Majas sarkasme merupakan jenis majas yang ditujukan untuk menyindir atau menyinggung seseorang.
Kata sarkasme biasanya digunakan untuk mengekspresikan rasa kesal dan marah.
Sehingga majas sarkasme disebut bisa melukai perasaan seseorang saat disampaikan.
Baca Juga: Majas Antitesis: Pengertian dan 20 Contohnya dalam Bentuk Kalimat
Dalam bahasa Indonesia, majas sarkasme diartikan sebagai bentuk penyindiran dengan kata yang bertolak belakang dari yang dimaksudkan.
Teman-teman juga bisa mengenali majas ini dari bentuknya yang tegas dan lugas dibandingkan dengan majas sindiran lainnya.
Selain itu, majas sarkasme juga biasa digunakan pada beberapa kegiatan saja, seperti debat atau pidato.
Agar lebih mudah memahami tentang majas sarkasme, teman-teman bisa simak beberapa contoh majas berikut.
Contoh Majas Sarkasme
1. Dia belum berubah, mulutnya masih berbisa seperti dulu.
2. Keledai saja tidak jatuh di lubang yang sama, berarti dia lebih dari seekor keledai.
3. Lebih baik kita gunakan kepala untuk berpikir, bukan mulut untuk berkomentar tak jelas.
4. Melihat kelakuannya yang seperti itu membuatku jadi mual.
5. Bila mau jatuh, lakukan saja sendiri tidak perlu bawa-bawa orang lain.
6. Apakah hatinya sudah tidak ada? Dia bahkan tak ada niat untuk menjenguk orang yang pernah menolongnya.
Baca Juga: Majas Paradoks: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contoh Kalimatnya
7. Aroma masakannya tidak menggugah selera, membuatku tidak ingin makan sama sekali.
8. Dia sudah tidak peduli dengan air matamu, meski air mata darah yang kau keluarkan.
9. Nina sudah tidak sudi bertemu dengan temanmu itu, jangan sampai dia datang lagi kali ini.
10. Buat apa dia datang ke sini, kami sudah tidak membutuhkan orang yang tidak tahu berterima kasih.
11. Seperti tidak pernah mandi satu tahun saja, bau badannya membuatku tak sudi berada di dekatnya.
12. Pendidikan tingginya menjadi sia-sia setelah mendengar ucapan kasar dan perilaku tanpa etika itu.
13. Mulutmu harimaumu, sekarang kamu harus menanggung semuanya sendiri.
14. Sudah menumpang tapi tidak tahu diri, baju dan piring kotornya selalu dibiarkan menumpuk.
15. Dasar tidak tahu malu! Sudah tertangkap basah berbuat salah, masih terus mengelak di hadapan para pemimpin.
16. Hati mereka sudah mati. Tega sekali makan uang rakyat padahal sudah kaya raya.
17. Mana sudi aku tinggal di gubuk reyot ini, mana penuh nyamuk lagi.
Baca Juga: Megenal Majas Ironi, dari Pengertian hingga Contoh-Contoh Kalimatnya
18. Cengeng sekali! Hanya digigit semut saja menangisnya sampai meraung-raung.
19. Cempreng sekali suaramu, sampai buat telingaku sakit.
20. Materi dan keahlian saja tidak punya, jadi biarkan saja dia bermimpi!
Itu penjelasan tentang majas sarkasme yang merupakan bagian dari majas sindiran, serta contohnya dalam bentuk kalimat.
Perlu diingat kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata sarkasme, jangan sampai melukai perasaan orang lain, ya.
----
Kuis! |
Termasuk kelompok majas apa majas sarkasme itu? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Source | : | Kompas.com,gramedia.com |
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR