Bobo.id - Selain jeruk mandarin, sebagian besar keluarga akan menyajikan fortune cookies kepada tamu pada momen perayaan Imlek.
Fortune cookies yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kue keberuntungan ini merupakan kue yang renyah dan manis.
Meskipun sering ada saat Imlek, sebenarnya fortune cookies bukan berasal dari Tiongkok, lo, teman-teman.
Dilansir dari National Geographic, diketahui kue keberuntungan atau fortune cookies sebenarnya berasal dari Jepang.
Bagaimana kisah perkembangan fortune cookies hingga bisa tersebar ke seluruh dunia? Simak kisahnya!
Buku Sejarah
Yasuko Nakamachi, seorang siswa yang meneliti di Japan's National Diet Library menemukan bahwa ada bukti kuat yang mendukung fakta fortune cookies dari Jepang.
Ia membaca buku tahun 1878, Moshiogusa Kinsei Kidan, tentang seorang pekerja magang di toko roti.
Di dalam buku tersebut, seorang pemagang ini membuat tsujiura senbei, yang adalah perekat keberuntungan.
Kue renyah tersebut diketahui muncul di Jepang hampir 30 tahun sebelum orang Jepang dan Tiongkok mengklaim penemuan fortune cookies.
Kemudian, Nakamachi kembali mencari tahu kenapa fortune cookies yang tadinya berasal dari Jepang dapat dianggap sebagai kue asal Tiongkok?
Baca Juga: Sering Diucapkan Saat Perayaan Tahun Baru Imlek, Apa Sebenarnya Arti Gong Xi Fa Cai?
Pada tahun 1920 sampai 1930-an, banyak imigran dari Jepang di California yang memiliki restoran yang menyajikan masakan Tiongkok.
Toko roti Umeya pada saat itu mendistribusikan fortune cookies ke lebih dari 100 restoran semacam itu, hingga ke California selatan dan tengah.
Ada yang mengatakan bahwa saat itu sekitar 100.000 orang Jepang di Amerika tidak diizinkan mengoperasikan restoran dan toko kue.
Akibatnya, sebagian besar pemiliki rumah makan dan pembuat kue tidak bisa memproduksi kue ini. Karena itulah, orang Tiongkok mulai membuat kue keberuntungan ini di restoran Tionghoa.
Ada juga yang mengatakan bahwa banyak orang Jepang yang membuka restoran Amerika-Tiongkok karena lebih dikenal dibandingkan makanan Amerika-Jepang.
Pembuatan Fortune Cookies
Fortune cookies dibentuk dalam sebuah cetakan khusus. Sebelum kuenya matang, pembuat kue akan menyelipkan omikuji ke dalamnya.
Omikuji inilah yang disebut sebagai kertas keberuntungan, yang berisi ungkapan maupun angka.
Nakamachi semakin yakin kalau orang Jepang yang membawa resep kue ini ke Amerika, ketika mengetahui keturunan dari pembuat kue ini masih memiliki panggangan yang sama.
Mereka memakai panggangan berwarna hitam ini bernama 'kata' ini selama dua generasi, lo.
Panggangan kata tersebut juga dipakai oleh pembuat kue fortune cookie yang ada di Kyoto, Jepang.
Baca Juga: Mengapa Ikan Bandeng Banyak Dicari saat Menjelang Perayaan Imlek?
Salah Kaprah Maneki-neko
Selain fortune cookies, patung kucing melambai yang dikenal dengan nama Maneki-neko juga sering dikira berasal dari Tiongkok, padahal asli Jepang.
Terciptanya Maneki-neko ini diawali dengan adanya legenda yang dipercaya oleh masyarakat Jepang.
Legenda tersebut menceritakan seekor kucing yang lahir di Kuil Gotoku-ji di Bangsal Setagaya, Tokyo selama periode Edo (tahun 1603 hingga 1868).
Menurut sejarawan, pada saat itu kucing peliharaan kepala Biara Tama dianggap berhasil menyelamatkan Ii Naotaka, yang seorang daimyo.
Daimyo disebut juga penguasa wilayah. Ii Naotaka kala itu selamat dari sambaran petir karena dipanggil oleh kucing peliharaan tersebut.
Setelah peristiwa itu, Ii Naotaka dan para penguasa lainnya menjadikan kucing sebagai pelindung kuil yang dihormati.
Hingga saat ini di Kuil Gotoku-ji, sudah dipenuhi oleh ribuan patung kucing keberuntungan dengan ukuran yang beragam.
Bahkan Maneki-neko dapat dibeli, dibawa pulang sebagai buah tangan, atau dipersembahkan di sana.
----
Kuis! |
Apa nama kertas yang ada di dalam fortune cookies? |
Petunjuk: cek di halaman 2! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR