Bobo.id - Siapa dari antara teman-teman yang suka membaca dongeng? Atau adakah yang sering dibacakan dongeng sebelum tidur?
Selain kita baca sendiri, dongeng akan lebih seru dan menarik ketika dibacakan oleh orang kita di rumah, lo.
Tidak hanya cerita seru yang kita dapatkan, dongeng yang dibacakan orang tua juga bisa membuat kita lebih dekat dengan mereka.
Walau terlihat seperti kegiatan sederhana, sebenarnya ada banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari membaca dongeng.
Membaca dongeng bisa mengembangkan komunikasi, perkembangan sosial, meredakan kecemasan, hingga meningkatkan pengetahuan.
Peri menjadi salah satu tema dongeng yang selalu menarik perhatian. Dongeng peri bahkan sudah diceritakan selama berabad-abad.
Nah, Bobo.id sebagai salah satu situs anak-anak juga punya berbagai kumpulan dongeng tentang Peri, lo.
Dongeng Majalah Bobo tentang peri ini bisa teman-teman baca untuk mengisi waktu luang. Ada dongeng seru apa saja ya? Ayo kita lihat!
Dongeng ini berkisah tentang dua anak kecil bernama Tomi dan Meri. Mereka menginginkan rumah yang bagus dan indah.
Sayangnya, mereka tidak pernah mengatur perabotan dan menyirami tanaman. Membantu ayah dan neneknya pun tidak pernah.
Hingga akhirnya, nenek mengatakan kalau rumah rapi dan bersih karena ada Brownie yang bisa membantu membersihkan rumah.
Baca Juga: 3 Tokoh Bertubuh Mungil dalam Dongeng, Ada yang Ukurannya Sebesar Ibu Jari! #MendongenguntukCerdas
Mengerti itu, Meri dan Tomi kompak menginginkan satu Brownie. Demi mencarinya, Meri bertanya pada kakek bijaksana.
Kakek itu meminta Meri untuk pergi ke danau dan berpikir syair. Jika sudah membayangkan syair, Brownie akan terlihat di sana.
Meri pun segera menutup ke danau dan mengucapkan mantra. Namun ketika Meri melihat ke dalam air, ia hanya melihat bayangannya.
Ketika itu, Meri berpikir kalau syair yang diucapkannya salah. Ia pun mencoba sekali lagi demi bertemu dengan Brownie.
Akankah Meri berhasil bertemu dengan Brownie dan membantunya membersihkan rumah? Selengkapnya bisa teman-teman baca di sini .
Dongeng ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Morita yang ingin terbang seperti peri bunga yang dilihatnya.
Keinginannya yang tinggi membuat Morita pun meminta peri bunga di sekitarnya untuk mengajarinya terbang seperti mereka.
Sayangnya, beberapa peri bunga yang ditanyai Morita tak mau memberikan jawabannya. 'Itu kan rahasia," kata peri bunga.
Karena merasa kesal, diam-diam punya rencana untuk menjahili para peri itu. Mulai dari menaburkan bubuk bersin hingga melempar karet kumbang.
Anehnya, peri-peri bunga itu tidak marah sama sekali. Padahal ketika Morita dijahilitemannya, dia akan marah.
Morita pun bertanya kepada peri bunga itu, "Kok kalian enggak marah, sih?" Beberapa peri yang ada di sana, hanya tertawa.
Baca Juga: Mengenal Legenda Peri Gigi yang Menghibur saat Kehilangan Gigi Susu Pertama #MendongenguntukCerdas
Peri bunga itu mengatakan, kalau ingin terbang, hati harus gembira. Peri itu selalu bergembira, bahkan ketika mengalami kesulitan sekalipun.
Apakah apa yang diucapkan peri bunga benar dan Morita bisa terbang seperti mereka? Selengkapnya bisa teman-teman baca di sini .
Dongeng ini mengisahkan kedua anak Raja Connla, yang bernama Connla si rambut merah dan Thoran si rambut pirang.
Ketika Raja Conn dan kedua anaknya berada di sebuah bukit, Connla dan Thora melihat seorang peri. Sementara itu Raja Conn hanya bisa mendengar suaranya.
Peri itu datang dari Moy Mell, Negeri Bahagia. Negeri tempat hidup abadi. Peri itu mengungkapkan kalau di sana peri bahagia sepanjang hari.
Peri itu pun mengajak Connla dan Thora untuk ikut ke Moy Mell. Mereka berjanji tidak akan pernah menjadi tua dan tidak akan pernah mati.
Ketika Raja Con mendengarnya, dia langsung memanggil Coran si penyihir hebat. Ia meminta untuk menyelamatkan puteranya.
Sejak saat itu tidak ada yang bisa melihat suara peri itu. Coonla dan Thoran pun juga tidak bisa melihat lagi peri itu.
Sebelum Coran membacakan manteranya, peri itu melemparkan Connla dan Thora masing-masing sebuah apel. Ternyata apel ini menghilangkan sihir Coran.
Ketika mereka berkunjung ke bukit, Connla dan Thoran kembali melihat peri. Peri itu kembali mengajak Connla dan Thora ke Moy Mell.
Bagaimana keputusan Connla dan Thora dengan ajakan peri ke Moy Mell, Negeri Bahagia? Selengkapnya bisa teman-teman baca di sini.
Dongeng ini berkisah tentang seorang anak laki-laki dari seorang penebang kayu bernama Li. Tukang kayu ini sudah lama sakit parah.
Tukang kayu itu berpesan pada Li untuk melanjutkan pekerjaan ayahnya ketika meninggal. Namun, ia tidak diperbolehkan menebang pohon di tepi hutan.
Setelah ayahnya meninggal, Li justru penasaran dengan pohon di tepi hutan itu dan ingin sekali menebangnya.
Namun ketika akan ditebang, pohon itu seakan punya kaki dan mulai mundur. Li pun tidak bisa mengejarnya hingga hari sudah mulai malam.
Ketika akan mencoba lagi menebang pohon keesokan harinya, ia justru melihat seekor ular dan gajah yang sedang berkelahi.
Merasa iba dengan sang ular, anak laki-laki itu pun berusaha menyelamatkan ular. Siapa sangka, ternyata ular itu peri cantik.
Peri ular itu berpesan pada Li untuk tinggal di rumahnya dan meminta agar Ibunya memperlihatkan cermin ajaib pada Li.
Apakah yang meminta Li dari cermin ajaib itu dan apakah dia berhasil menebang pohon di tepi hutan? Simak cerita selengkapnya di sini .
Nah, itu tadi tiga dongeng Majalah Bobo tentang Peri yang bisa jadi temanmu untuk mengisi waktu luang. Jangan lupa ajak orang tuamu untuk mendongeng, ya!
Baca Juga: Mengenal 3 Jenis Peri yang Sering Muncul di Dongeng #MendongenguntukCerdas
----
Kuis! |
Apa manfaat membaca dongeng? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR