Bobo.id - Di Indonesia ada beberapa jenis agama yang diakui dan dianut oleh beberapa masyarakat.
Pada setiap agama pun selalu mengajarkan sebuah prinsip, yaitu 'bagiku agamaku, dan bagimu agamamu'.
Prinsip tersebut mengajarkan agar semua orang bisa saling menghargai adanya perbedaan atau keberagaman agama.
Pada materi PPKn kali ini, kita akan mencari tahu cara menerapkan prinsip 'bagiku agamaku, dan bagimu agamamu'.
Tapi sebelumnya mari pahami keberagaman agama yang ada di Indonesia.
Keberagaman Agama
Ada beberapa jenis agama yang diakui oleh Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Keenam agama itu pun hidup berdampingan karena setiap agama mengajarkan untuk tidak mengganggu agama orang lain.
Bahkan keberaan enam agama tersebut juga diakui dalam UUD 1945, tepatnya pada pasal 28E ayat 1.
Pasal tersebut berbunyi "setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali".
Karena tercantum dan diakui oleh negara maka penting bagi kita untuk bisa menghargai antarumat beragama.
Baca Juga: Contoh Keberagaman Antargolongan dan Penjelasannya, Materi PPkn
Pada Uji Kompetensi Bab IV Kebinekaan Indonesia di Buku PPKn Kelas VII (halaman 88) kita diminta untuk mengerjakan tiga soal.
Salah satu pertanyaannya adalah tentang prinsip ‘bagiku agamaku, dan bagimu agamamu'. Apa artinya, ya?
Arti Prinsip 'Bagiku Agamaku, dan Bagimu Agamamu'
Prinsip tersebut diajarkan agar teman-teman mengerti bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih agama yang akan dianut.
Sehingga pada kata "bagiku agamaku" maka kita patut untuk menjalankan nilai-nilai dan ajaran dari agama yang kita akui.
Sedangkan pada kata "bagimu agamamu" maka kita harus sadar bahwa orang lain memiliki hak yang sama.
Dengan begitu kita tidak boleh mengganggu agama orang lain, begitu pula sebaliknya.
Lalu bagaimana cara menerapkan prinsip tersebut. Mari simak beberapa penjelasan berikut.
1. Toleransi
Toleransi merupakan sikap yang penting untuk dimiliki semua orang di dunia, bukan hanya di Indonesia.
Sikap ini juga berlaku untuk menyikapi semua keberagaman yang ada, termasuk keberagaman agama.
Baca Juga: 10 Contoh Sikap Menghormati Keberagaman Suku di Indonesia, Materi PPKn
Dengan adanya sikap toleransi, kita akan bisa menghargai orang lain yang berbeda dengan diri kita.
Sikap ini juga bisa mengajarkan kita akan indahnya perbedaan yang ada.
Bila dilihat dari asal kata, toleransi berasal dari kata tolerare yang memiliki arti sabar dan menahan diri.
Sedangkan secara terminologi, sikap toleransi merupakan sikap saling menghargai, saling menghormati, menyampaikan pendapat, padangan, kepercayaan pada orang lain yang bertentangan dengan diri sendiri.
Menerapkan sikap ini juga baik bagi bangsa Indonesia yang miliki banyak keberagaman.
Sikap toleransi akan membantu meningkatkan persatuan dan kesatuan.
2. Tidak Saling Mengganggu Antarumat Beragama
Cara lain yaitu dengan tidak saling mengganggu antarumat beragama.
Kita perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam menjalankan agamanya.
Bahkan kita juga bisa saling menolong dengan menjaga ketenangan saat salah satu umat beragama sedeng menjalankan hari raya atau menjalankan ibadah.
Nah, itu beberapa penjelasan tentang cara kita menyikapi prinsip 'bagiku agamaku, dan bagimu agamamu' dengan benar.
Baca Juga: Apakah Arti dari Kesadaran Gender? Ini Penjelasan dan Contohnya
----
Kuis! |
Pasal berapa yang menyatakan adanya kebebasan memilih agama? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR