Bobo.id - Pernahkah teman-teman mendengar dongeng atau cerita rakyat khas Bali? Kalau pernah, ingatkah judul dan jalan ceritanya?
Ada salah satu dongeng Bali yang terkenal berjudul Tiing dan Glagah. Pernah mendengarnya?
Dongeng ini mengisahkan tentang kakak beradik yang miskin dan sudah tidak memiliki orang tua lagi.
Keduanya hidup mengandalkan sisa beras di tempat penumbukan atau terkadang juga menangkap ikan di sungai.
Pada suatu hari ada keajaiban terjadi pada kakak beradik bernama Tiing dan Glagah ini. Seperti apa kelanjutan kisahnya?
Simak selengkapnya di dongeng anak hari ini, ya!
Tiing dan Glagah
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo
Dahulu kala, hiduplah dua anak remaja. Yang kakak bernama Tiing. Tubuhnya tinggi dan kurus bagai batang bambu. Adiknya bernama Glagah. Tubuhnya pendek dan rambutnya tebal jabrik seperti rumput glagah.
Sejak masih sangat kecil, mereka sudah yatim piatu dan hidup sangat miskin. Sehari-hari mereka mengumpulkan sisa-sisa beras di tempat penumbukan padi ibu-ibu desa.
Suatu hari, Tiing berkata kepada Glagah, "Glagah! Selama musim paceklik, mari kita pindah ke dekat sungai agar bisa menangkap ikan.” Glagah setuju. Lalu pergilah mereka ke daerah dekat sungai dan mendirikan gubuk.
Baca Juga: Dongeng Anak: Biri-Biri Putri Katum #MendongenguntukCerdas
Pada suatu hari, ketika sedang memancing, mereka berhasil menangkap seekor ikan besar. Ketika melihat mata sedih ikan besar itu, mereka tidak tega memakannya.
Maka, mereka pun membuat kolam besar di samping gubuk baru mereka. Ikan itu mereka pelihara dan beri makan dengan baik.
Suatu waktu, tibalah musim panen. Mereka kembali ke desa dan pergi mengumpulkan sisa beras di tempat penumbukan padi.
Pondok sederhana mereka di dekat sungai, mereka tinggalkan kosong. Pada saat itu, datanglah perampok.
Karena kesal karena tak ada barang berharga di situ. Ketika melihat ikan besar di kolam samping rumah, mereka segera menangkap ikan itu. Mereka lalu memasak ikan itu dan memakannya sampai tinggal sisik dan tulangnya.
Betapa sedihnya Tiing dan Glagah melihat ikan kesayangan mereka telah mati. Sambil menangis mereka berkata, "Oh dewa, tega sekali mereka yang membunuh ikan kesayangan kami…”
Keesokan harinya, Tiing mengajak Glagah untuk pindah rumah. "Ke mana engkau pergi, ke aku turut!" kata Glagah.
Maka berangkatlah mereka meninggalkan desa mereka itu dengan membawa tulang dan sisik si ikan besar.
Di tengah jalan, mereka menemukan sebuah padang rumput indah. Mereka berhenti dan mendirikan pondok di tepi padang rumput itu. Sisik dan tulang ikan mereka tanam di halaman rumah mereka.
Anehnya, di tempat mereka menanam sisik dan tulang ikan itu, tumbuh sebatang pohon berdaun emas yang amat besar.
Dengan menjual daun-daun emasnya, kedua kakak beradik itu dapat hidup berkecukupan.
Baca Juga: Dongeng Anak: Penjahit Keliling yang Ceria #MendongenguntukCerdas
Pada suatu hari, lewatlah seorang raja dan para pengawalnya. Raja kagum melihat pohon berdaun emas itu. Karena tampak sangat indah, raja ingin membeli beberapa helai daun emas.
Tiing dan Glagah berkata mereka akan memberikan pohon itu pada raja, apabila mereka bisa menjadi pelayan kepercayaan raja.
Betapa gembiranya raja mendengar ketulusan kedua anak itu. Raja malah mengangkat Tiing dan Glagah menjadi anaknya.
Kedua kakak beradik itu hidup bahagia di istana bagai anak-anak raja.
#MendongenguntukCerdas
Tonton video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR