Hal ini menyebabkan defisit anggaran dan pemerintah terpaksa mencetak uang untuk menutupi kekurangan anggaran.
Hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah uang beredar di masyarakat dan memicu inflasi.
4. Kebijakan Moneter yang Tidak Tepat
Pada masa itu, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan perbankan di Indonesia masih relatif baru dan tidak memiliki pengalaman yang cukup dalam menangani kebijakan moneter.
Kebijakan moneter yang tidak tepat dapat memicu inflasi, seperti menurunkan suku bunga terlalu rendah atau menaikkan jumlah uang yang beredar.
5. Kenaikan Harga Komoditas
Pada masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia masih sangat bergantung pada ekspor beberapa komoditas seperti kopi, karet, dan minyak kelapa sawit.
Kenaikan harga komoditas dunia dapat memicu inflasi di dalam negeri karena kenaikan harga bahan mentah akan meningkatkan biaya produksi dan harga jual barang dan jasa.
Nah, itulah lima contoh peristiwa yang mengakibatkan tersendatnya perekonomian pada masa Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi Terpimpin sendiri berakhir pada tanggal 11 Maret 1966 ketika Soeharto berhasil mengambil alih kekuasaan dari Soekarno.
Setelah itu, Soeharto memimpin Indonesia selama 32 tahun, dari 1966 hingga 1998.
Baca Juga: Demokrasi Terpimpin: Ciri-Ciri, Kelebihan, dan Kekurangannya
Source | : | Kompas,Bobo,kemenkeu.go.id |
Penulis | : | Niken Bestari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR