Bobo.id - Lebaran sebentar lagi, apakah teman-teman sudah punya rencana mudik atau pulang kampung bersama orang tua?
Pada Hari Raya Idulfitri sebelumnya, pemerintah masih membatasi perjalanan mudik karena adanya gelombang COVID-19.
Namun kini, mudik sudah diperbolehkan kembali. Hal ini membuat antusiasme yang tinggi pada masyarakat untuk mudik.
Dilansir dari Kemenhub, total jumlah potensi pergerakan masyarakat di masa mudik Lebaran tahun ini mencapai 123,8 juta orang.
Padahal, jumlah populasi di Indonesia sekitar 273,8 juta. Artinya, hampir setengah masyarakat Indonesia akan mudik tahun ini.
Yap, mudik memang sudah menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat di setiap perayaan Hari Raya Idulfitri atau Lebaran.
Masyarakat Indonesia akan berbondong-bondong pulang ke kampung halaman, memanfaatkan waktu libur Lebaran.
Namun, sejak kapan tradisi mudik Lebaran ini ada di Indonesia? Untuk mengetahui jawabannya, simak informasi berikut ini, yuk!
Berdasarkan KBBI, kata mudik memiliki dua arti, yakni pulang ke kampung halaman dan berlayar ke udik (hulu, sungai, pedalaman).
Ternyata, kata mudik ini sudah ditemukan sejak tahun 1390. Yap, kata ini ditemukan dalam naskah kuno berbahasa Melayu.
Serupa dengan yang dijelaskan KBBI, kata mudik dalam naskah ini juga mengandung arti pergi ke hulu sungai.
Baca Juga: Mudik sambil Berpuasa, Ini Cara Mengatasi Masuk Angin saat Perjalanan Mudik
Namun, kata mudik mengalami perubahan makna. Jika sebelumnya berarti pergi ke hulu sungai, kini bermakna pergi ke kampung.
Mengapa begitu? Diketahui bahwa hulu sungai atau pedalaman dianggap identik dengan kampung asal atau kampung halaman.
O iya, kampung asal atau tempat asal ini tidak hanya merujuk pada wilayah desa, melainkan juga wilayah kita.
Kata 'Mudik' sendiri adalah singkatan dari kata Bahasa Jawa yakni 'Mulih Dilik'. Artinya, pulang kampung sebentar.
Sementara itu, ada juga yang mengatakan kalau kata 'Mudik' berasal dari bahasa Betawi yakni 'Menuju Udik'. Artinya, menuju kampung.
Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut 'mereka akan kembali ke udik'.
Akhirnya secara bahasa, kalimat itu kemudian dibuat menjadi lebih sederhana. Kata dari 'udik' menjadi 'mudik'.
Tradisi mudik ini ternyata diketahui sudah dilakukan sejak sebelum zaman kerajaan Majapahit dan Mataram Islam.
Pada era itu, wilayah kekuasaan Majapahit membentang luas hingga ke Semenanjung Malaya dan Sri Lanka.
Oleh karena itu, pihak kerajaan Majapahit menempatkan pejabatnya ke berbagai wilayah untuk menjaga daerah kekuasaannya.
Suatu ketika, pejabat itu akan balik ke pusat kerajaan untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halamannya.
Baca Juga: 5 Tips Puasa Lancar saat Perjalanan Mudik, Perhatikan Stamina dan Waktu Keberangkatan
Nah, kegiatan yang dilakukan para pejabat kerajaan ini kemudian dikaitkan dengan fenomena mudik, teman-teman.
Selain itu, fenomena mudik ini juga dilakukan oleh para petani Jawa kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram Islam.
Sebab pada zaman kerajaan, orang-orang yang merantau akan pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam leluhur.
DIlansir dari Kompas.com, di masa modern, istilah mudik sudah mulai populer di tanah air sejak tahun 1970-an.
Mudik adalah tradisi yang dilakukan perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga.
Selain mengunjungi sanak keluarga, saat mudik, para perantau juga akan melakukan ziarah ke kuburan sanak keluarganya.
Hal ini dilakukannya untuk meminta doa restu agar pekerjaan dan kehidupan di perantauan bisa berlangsung baik.
Meski begitu, ternyata ada perbedaan antara tradisi mudik di masa modern dengan tradisi mudik di era sekarang, lo.
Di zaman dahulu, mudik umumnya dilakukan secara natural untuk mengunjungi, berkumpul, dan bersilaturahmi dengan keluarga.
Sementara itu di era sekarang, perantau yang mudik juga memiliki tujuan yang lain, yakni sebagai bentuk eksistensi diri.
Contohnya saat mudik, para perantau itu membawa sesuatu yang membanggakan bagi diri dan juga bagi keluarganya.
Baca Juga: 5 Pilihan Menu Sahur Praktis Saat Perjalanan Mudik, Bikin Kenyang Lebih Lama
----
Kuis! |
Berapa jumlah orang yang akan mudik tahun ini? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Kompas.com,Kemenhub |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR