Ketika teman-temannya selesai mencuci pakaian, Cissy masih sibuk membilas. Teman-temannya naik ke atas tebing dan beramai-ramai pulang.
“Apakah wajahku buruk rupa sehingga tak pernah ada pemuda yang tertarik padaku?” tanya Cissy pada diri sendiri sambil berkaca di permukaan danau. Wajahnya memang tak secantik Loly dan teman-teman lainnya.
“Kalau boleh bermimpi, aku ingin menjadi gadis yang mempesona. Kecantikanku terkenal di mana-mana, banyak orang yang terpukau kagum!” Cissy berkhayal.
Tiba-tiba…byuuurrr!!! Cissy tersentak. Cipratan air membasahi wajahnya. Seekor angsa mendarat mendadak di atas danau. Sayapnya mengepak-ngepak lemah dan hampir tenggelam.
Buru-buru ditangkapnya angsa yang terluka parah itu. Sebilah anak panah menggores sayapnya. Darah mengucur deras. Cissy langsung merobek ujung gaunnya dan mengikat luka angsa itu untuk menghentikan pendarahan.
Tanpa Cissy sadari, peristiwa itu disaksikan seorang pelukis dari seberang danau. Pelukis itu sedang duduk termenung di depan kanvasnya, mencari inspirasi. Ia menganggap kejadian itu amat menakjubkan. Mulailah imajinasinya bekerja.
Karena Cissy berada jauh di seberang danau, pelukis itu tak dapat melihat wajah si gadis dengan jelas. Dari jauh, sosok Cissy tampak sempurna, karena saat itu kebajikan hatinya bersinar. Pelukis itu menggoreskan kuasnya, hingga terciptalah gambar seorang gadis cantik yang menolong seekor angsa yang terluka. Diberinya lukisan itu judul “Bidadari dan Angsa”.
Suatu ketika, seorang pemilik galeri bersedia memajang lukisannya. Lukisan itu ditawar oleh seorang kolektor seni dari kota. Sang kolektor seni gemar memamerkan lukisan itu pada kerabatnya.
Salah satu kenalan sang kolektor adalah seorang pemahat ternama. Dia begitu mengagumi lukisan itu, sampai ia membuatkan patung perunggu tentang bidadari dan angsa. Wajah patung itu sangat cantik jelita. Banyak orang yang mengagumi kecantikan gadis dalam pahatan perunggu itu. Masyarakat memujinya sebagai sebuah mahakarya.
Ketenaran patung Bidadari dan Angsa terdengar oleh seorang penulis mashyur. Kisah bidadari dan angsa itu mengilhaminya untuk menulis sebuah buku. Buku itu bercerita tentang percintaan seorang bidadari dan pangeran tampan yang dikutuk menjadi angsa. Kisah itu tiba-tiba menjadi luar biasa terkenal.
Seorang sutradara opera menuangkan kisah itu ke dalam naskah drama untuk dipentaskan. Dia minta bantuan seorang komponis hebat di negeri itu untuk membuatkan simfoni orkestranya. Simfoni itu sangat indah. Sehingga mengilhami seorang penari terkenal untuk menciptakan tarian Bidadari dan Angsa.
Baca Juga: Dongeng Anak: Pohon Topi #MendongenguntukCerdas
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR