“Bagus, ya? Itu adalah kunang-kunang!” kata Tuan Omongkosong.
“Lihat apa yang kupunya di sini,” Tuan Omongkosong membuka topinya dan di kepalanya tiba-tiba ada topi pesta yang ujungnya runcing dan ada bel-bel kecil. Bel-bel itu gemerincing jika Tuan Omongkosong koprol.
“Dan, sekarang aku punya kejutan untukmu, Dito! Ayo, tutup matamu!”
Dito menutup matanya.
“Nah, coba lihat!” Dito membuka matanya. Dan, apa yang ia lihat? Secangkir es krim cokelat yang besar!
“Wauw, seperti dalam mimpiku,” kata Dito.
“Hei, dari mana kau tahu kalau aku mimpi, Tuan Omongkosong?”
“Aku, kan, Tuan Omongkosong dan si Omongkosong bisa apa saja,” kata Tuan Omongkosong sambil tertawa.
“Aku tadi mengintip di telingamu. Lalu, aku melihat apa yang kau mimpikan. Sekarang kau boleh makan es krim itu!”
Hmm, tentu saja Dito mau. Bersama Tuan Omongkosong, ia makan es krim itu. Setelah itu mereka bernyanyi bersama. Perlahan-lahan cahaya kunang-kunang meredup. Dito tertidur lagi.
Larut malam, Mama Dito masuk ke kamar. Ia mencium kening Dito perlahan-lahan agar Dito tidak terbangun. Mama melihat sebuah topi kecil di lemari di sebelah tempat tidur.
Baca Juga: Dongeng Anak: Putri Negeri Kembaran Bumi #MendongenguntukCerdas
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR