Eksternal berarti berhubungan dengan fisik atau hal-hal dari luar. Misalnya, struktur prasasti, warna kertas, hingga ejaan.
Internal berarti dari dalam atau berhubungan dengan informasi yang tercantum dalam isi sumber sejarah, apakah asli atau tidak.
Misalnya, ketika punya sumber tulisan, peneliti bisa memeriksa keasliannya lewat kop surat, stempel, atau tanda tangan.
Tahapan penelitian sejarah selanjutnya adalah interpretasi, yakni penafsiran makna atas sumber sejarah yang berhasil diverifikasi.
Penafsiran yang dilakukan peneliti harus bersifat objektif. Kalaupun membutuhkan sikap subjektif, peneliti harus rasional.
Fakta-fakta tadi akan dihubungkan hingga membentuk serangkaian peristiwa lengkap dengan makna di baliknya.
Namun perlu diperhatikan, bahwa tahap interpretasi harus dilakukan secara selektif dan tidak melebar kemana-mana.
Ada dua jenis interpretasi, yakni dengan cara analisis (menguraikan) dan sintetis (menyatukan) fakta yang diperoleh sebelumnya.
Menjadi tahap akhir penelitian sejarah, historiografi merupakan tahapan menulis hasil penelitian sejarah, teman-teman.
Pada tahap ini, peneliti menyusun penafsiran fakta dan menghubungkannya menjadi sebuah cerita sejarah.
Peneliti tidak hanya menuliskan laporan semata, namun juga bekerja keras untuk memahami sejarah dan hasil pemikirannya.
Baca Juga: Jadi Kejuaraan Bulu Tangkis Bergengsi, Bagaimana Asal-Usul Nama Sudirman Cup?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR