Bobo.id - Kesehatan mental tak hanya menyerang usia dewasa, ternyata anak seusia kita pun bisa mengalaminya, lo.
Salah satu topik kesehatan mental yang belakangan ini ramai di media sosial dan menyerang anak-anak adalah ADHD.
Sebagai informasi, ADHD merupakan kepanjangan dari Attention-deficit hyperactivity disorder, teman-teman.
ADHD merupakan istilah medis untuk gangguan mental yang ditandai dengan perilaku impulsif dan hiperaktif.
Ketika ada seseorang yang kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu, bisa jadi itu adalah ADHD.
Kondisi ini bisa memiliki efek yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat sedang belajar di sekolah.
Dilansir dari American Psychiatric Association, para ilmuwan belum mengidentifikasi penyebab spesifiknya.
Meski begitu, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko anak-anak seperti kita mengidap gangguan mental ADHD.
Salah satunya faktor genetik. Gen yang diwarisi dari orang tua merupakan faktor penting dalam berkembangnya ADHD.
Seseorang yang mengalami ADHD biasanya memiliki area otak yang disebut frontal korteks lebih kecil dari yang lain.
Selain itu, ketika adik bayi lahir prematur dengan berat badan yang rendah, maka bisa meningkatkan faktor risiko ADHD.
Baca Juga: Kerap Mengganggu Aktivitas Seharian, Bisakah Gangguan OCD Disembuhkan?
Dilansir dari Kompas.com, ADHD disebut lebih sering menyerang pada anak laki-laki daripada anak perempuan, lo.
Gejala ADHD biasa dimulai sejak sebelum usia 12 tahun. Bahkan, ada juga anak yang sudah memperlihatkan gejala sejak usia tiga tahun.
Umumnya, gejala ADHD ini akan terus berkurang seiring dengan pertambahan usia anak hingga dewasa, teman-teman.
Gejala ADHD pada anak ini bisa berbeda-beda disesuaikan dengan jenisnya. Nah, berikut ini penjelasannya:
- Kesulitan memerhatikan hal detail
- Kesulitan untuk fokus terhadap percakapan panjang
- Kesulitan untuk fokus saat membaca bacaan panjang
- Mudah terganggu saat sedang mendengarkan seseorang berbicara.
- Mudah gelisah
- Sulit untuk duduk diam dalam kurun waktu lama
- Berlarian di tempat dan kondisi yang tidak seharusnya
Baca Juga: Jangan Habiskan Liburan di Kasur, Ini 5 Dampak Buruk Tidur Terlalu Lama bagi Kesehatan, Apa Saja?
- Terlalu banyak berbicara dan memotong pembicaraan
- Mudah merasa bosan dan marah.
Gejala ADHD kombinasi ini merupakan gabungan dari dua kelompok lainnya, yakni inatentif dan hiperaktif.
Jadi, bisa saja seseorang dalam satu waktu sulit fokus sekaligus sulit untuk diam dalam kurun waktu yang lama.
Dilansir dari Hello Sehat, gangguan mental jenis ini tidak bisa dicegah maupun disembuhkan begitu saja.
Seperti sudah Bobo sebutkan di atas, gejala ADHD ini akan mulai berkurang seiring dengan bertambahnya usia hingga dewasa.
Namun tak perlu khawatir, sebab ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani gejala ADHD di usia dini.
Pertama adalah dengan mengonsumsi obat-obatan agar pengidap ADHD bisa lebih tenang dan mengurangi sikap impulsif.
Untuk konsumsi obat, Bobo sarankan untuk berkonsultasi dengan dokter apakah jenis obat itu aman untuk tubuh.
Kedua adalah dengan melakukan terapi bagi anak-anak berusia di bawah enam tahun, seperti dilansir dari American Academy of Pediatrics.
Terapi ini juga bisa dilakukan oleh orang tua dengan cara memantau serta memperbaiki kebiasaan anak.
Selain kedua terapi tersebut, anak juga dapat menjalani terapi grup, terapi musik, maupun latihan bersosialisasi.
Baca Juga: Bisa Sebabkan Konsentrasi Menurun, Ini 5 Akibat Terlalu Sering Main Game Online
----
Kuis! |
Apa kepanjangan dari ADHD? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com,American Psychiatric Association |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR