Bobo.id - Teman-teman, ketika membayangkan sekolah, hal-hal apakah yang pertama muncul di benakmu?
Sekolah biasanya berhubungan dengan buku pelajaran, hafalan, hingga jadwal pelajaran yang padat.
Sekolah juga biasanya berhubungan dengan seragam dan sikap duduk sempurna ketika menjelaskan penjelasan guru di depan kelas.
Tapi, berbeda dengan sekolah berkonsep unik bernama Sanggar Anak Alam (SALAM), nih, teman-teman.
Di sekolah yang berlokasi di Kampung Nitiprajan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini, anak-anak diajari untuk mandiri ketika belajar.
Belajar menjadi cara siswa-siswi salam untuk berproses dan memahami hal-hal yang terjadi di sekitar mereka.
Siswa-siswi di SALAM diajari untuk melihat diri mereka sendiri, apa yang membuat mereka tertarik dan didorong untuk bisa mengembangkannya.
Nah, kali ini teman-teman akan diajak mengenal konsep belajar di Sanggar Anak Alam Yogyakarta yang tidak ditemukan di sekolah-sekolah formal pada umumnya.
Riset Mandiri
Riset disebutkan jadi gerbang pembuka bagi siswa-siswi untuk belajar berbagai ketrampilan, mulai dari membaca, menulis, menghitung (calistung), analisa, komunikasi, hingga tata krama berbaur dengan masyarakat sekitar.
Ketika seorang siswa memilih tema riset, hal itulah yang akan didalami sepanjang satu semester, teman-teman.
Baca Juga: Kata Lain dari 'Belajar' Beserta Contoh Penggunaannya dalam Kalimat
Tergantung dari jenjang pendidikannya, siswa-siswi di Sanggar Anak Alam ini akan diajari sampai benar-benar memahami konsep dasar sebelum beralih ke pelajaran atau materi yang lebih kompleks.
Siswa-siswi kelas kelas 1-3 SD misalnya, akan didorong untuk menguasai betul konsep calistung.
Kemampuan calistung akan selalu dipergunakan sampai ke jenjang-jenjang pendidikan ke atas dan dalam keseharian mereka.
Lalu, siswa-siswi kelas 4-6 SD pembelajaran mulai ditingkatkan.
Hal itu terlihat dari penjabaran atau kemampuan siswa-siswi dalam menyampaikan informasi yang diketahuinya dalam sebuah narasi.
Menurut Ibu Sri Wahyaningsih, Pendiri Sanggar Anak Alam dalam wawancaranya bersama Bobo.id, mengungkapkan bahwa siswa-siswi tingkat SD telah mengembangkan kemampuan yang lebih kompleks.
"Beberapa siswa, suka menulis dan bahkan sudah ada yang membuat buku sendiri", ujar Ibu Wahya, seperti akrab beliau disapa.
Lebih lanjutnya Ibu Wahya mengungkap bahwa ide-ide untuk menyusun buku ini biasanya datang dari hal-hal kecil di sekitar mereka.
Selain itu, ide-ide yang kreatif ini juga akhirnya bisa mendorong lahirnya banyak riset dan diskusi bersama di dalam kelas.
Selama proses pencarian data dan informan untuk bahan riset, anak-anak secara rutin dan intensif akan menyampaikan kemajuan atau sejauh mana proses riset yang dilakukan.
Nah, di momentum itu pula ada diskusi antarsiswa dan fasilitator sebagai bentuk masukan juga penguatan konsep.
Baca Juga: Mengutamakan Pendidikan, Kak Andien Resmikan Sekolah Anak Percaya di Kampung Joglo
Tak hanya itu, anak-anak juga akan belajar dari riset teman-temannya ketika prosesnya disampaikan di depan kelas.
Setelah proses riset yang panjang selama satu semester berakhir, siswa-siswi akan melakukan presentasi risetnya secara terjadwal, teman-teman.
Ketika presentasi inilah siswa-siswi akan secara kreatif menyampaikan hasil risetnya di depan teman-teman, fasilitator, juga orang tua murid yang hadir.
Bentuk presentasinya juga sangat kreatif tergantung jenis atau riset yang mereka lakukan, bisa dalam bentuk Talk Show, Presentasi PPT, workshop, pementasan drama, hingga pemutaran video.
Pasaran (Pasar Senin Legi)
Pasar Senin Legi adalah salah satu konsep belajar yang tidak kalah seru di Sanggar Anak Alam, teman-teman.
Di kegiatan ini, siswa-siswi dilibatkan dalam kegiatan outdoor yang berkaitan dengan kegiatan jual-beli di pasar.
Nama kegiatan pasaran yang unik ini adalah bentuk mengenalkan kebudayaan daerah kepada siswa-siswi SALAM.
Tidak seperti saat ini, dulunya pasar hanya diadakan di waktu-waktu tertentu sesuai kesepakatan masyarakat setempat.
Pasar dulunya mengacu pada hari pasaran Jawa, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Baca Juga: 4 Upaya Agar Budaya Daerah Tidak Tergantikan dengan Budaya Luar Negeri, Cari Jawaban Kelas 5 SD
Dari situ dipilih hari pertama dalam seminggu yaitu Senin dengan hari pasaran legi sebagai nama kegiatan rutin di Sanggar Anak Alam ini.
Filosofi dari kegiatan ini adalah mengajak anak-anak untuk mengenal konsep pasar, kegiatan jual-beli, interaksi sosial antara penjual dan pembeli.
Tidak sampai di situ, siswa- siswi juga akan mempelajari berbagai tema menarik dari pasar senin legi.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Wahya dalam wawancara pada Kamis (15/6/2023) lalu.
"Kegiatan pasar senin legi ini akan dilaksanakan dengan tema tertentu, misalnya biji-bijian di dalamnya itu ada berbagai makanan sampai kerajinan. Ada juga pasar punya cerita yang di sana siswa-siswi kan membuat resep keluarga atau resep masakan yang dibuatnya sendiri," ujar Ibu Wahya dengan begitu bersemangat ketika diwawancarai.
Konsep belajar di Sanggar Anak Alam mendorong anak-anak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak terbebani.
Siswa-siswi di Sanggar Anak Alam Yogyakarta diberi kesempatan untuk belajar banyak hal, tanpa batas, sebagai anak-anak.
Belajar bisa dimulai dari hal-hal yang menarik untuk mereka.
Semua pembelajaran dirancang sistematis tapi merdeka, sehingga siswa-siswinya bisa memaksimalkan potensi yang ada dalam diri masing-masing.
Sangat menginspirasi dan membuka pandangan bahwa belajar bisa dari mana saja, bahkan dari hal-hal kecil di sekitar kita.
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Wawancara Sri Wahyaningsih |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR