Nah, fenomena Badai Matahari saat ini merupakan letusan skala X5. Artinya, Badai Matahari ini tergolong sangat kuat.
Akibatnya, beberapa satelit mengalami korsleting dan menyebabkan radio tidak bisa berfungsi selama beberapa jam.
Pada tanggal 28 Oktober 2003, terjadi Badai Matahari yang mengakibatkan sensor pesawat ruang angkasa kewalahan.
Yap, sensor ini menunjukkan skala X28. Namun, analisis kekuatan badai menunjukkan skala puncak X45.
Badai Matahari ini menyebabkan pesawat dialihkan rutenya, memengaruhi sistem satelit, dan pemadaman listrik di Swedia.
Fenomena ini sangat menakutkan karena terjadi selama siklus Matahari ketika aktivitas Matahari seharusnya tenang.
Badai Matahari yang cukup besar kembali meletus 17 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 5 Desember 2006.
Badai berskala X9 ini berdampak pada gangguan komunikasi satelit daratan dan sinyal navigasi selama 10 menit.
Saking kuatnya, badai ini juga merusak instrumen imager sinar-X Matahari pada satelit GOES 13 yang mengambil gambarnya.
Tahukah teman-teman? Ternyata tahun lalu terjadi Badai Matahari yang menghancurkan hingga 40 satelit Starlink, lo.
Satelit Starlink sangat rentan terhadap badai geomagnetik karena dilepaskan ke orbit dengan ketinggian rendah.
Baca Juga: Akan Terjadi Lebih Cepat, Apa Saja Dampak Badai Matahari Bagi Bumi?
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | space.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR