Tak hanya fokus mengajak lebih banyak orang kembali ke Museum, Komunitas Malam Museum juga mendorong anggotanya untuk bisa berkembang dan memperoleh pengalaman berharga sebagai bagian dari komunitas, teman-teman.
Hal ini diwujudkan dengan menyelenggarakan berbagai workshop sebagai bekal untuk mendukung pengetahuan dan pengelolaan museum dan benda bersejarah yang berharga bagi mereka.
Workshop ini digelar atas kerja sama berbagai pihak atau instansi pemerintah seperti Balai Pelestarian Cagar Budaya, Balai Arkeologi Yogyakarta, Balai Konservasi Borobudur, Museum Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, dan masih banyak lagi.
Beberapa contoh aktivitas workshop misalnya membersihkan batuan candi, pembersihan fosil purba, hingga menyambung pecahan keramik peninggalan dari Dinasti Tang.
Selain workshop, Komunitas Malam Museum juga menyelenggarakan FamTrip (Family Trip).
Konsepnya adalah pergi berwisata bersama anggota Komunitas ke berbagai lokasi bersejarah untuk meningkatkan kekompakan antaranggota.
Beberapa lokasi yang pernah dikunjungi dalam sesi FamTrip ini misalnya ke Dieng (Jawa Tengah), Kawasan Candi Gedong Songo, Ungaran (Jawa Tengah),Trowulan (Jawa Timur), Sangiran (Sragen, Jawa Tengah).
Ketika pandemi COVID-19 terjadi di Indonesia selama kurang lebih 2 tahun lamanya, aktivitas komunitas tidak berhenti di situ teman-teman.
Kegiatan komunitas lalu beralih ke berbagai diskusi, seminar, bedah film, hingga bedah buku yang tetap seru dan tidak kalah menarik.
Baca Juga: Rute Menuju Museum Ullen Sentalu dari Malioboro, Beserta Harga Tiket
Dibuat juga berbagai infografis yang informatif untuk dibagikan kepada para pengikut akun instagram resmi Komunitas Malam Museum di @malamuseum.
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Wawancara Komunitas Malam Museum |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR