Bobo.id - Apakah teman-teman tahu apa nama planet yang letaknya paling dekat dengan Matahari? Yap, Merkurius!
Jadi planet urutan pertama dari pusat tata surya, jaraknya dengan Matahari sekitar 57,9 juta kilometer.
Sementara itu, jaraknya dengan Bumi sekitar 77 kilometer. Planet ini rutin diamati oleh para ilmuwan, lo.
Ini karena, selama miliaran tahun, planet terkecil di tata surya ini mengalami pendinginan dan penyusutan!
Ini menciptakan sesuatu seperti bekas luka raksasa di permukaannya yang dikenal dengan Lobate Scarps.
Hmm, lalu sebenarnya apa ya yang membuat Planet Merkurius terus menyusut? Cari tahu bersama, yuk!
Merkurius Terus Menyusut
Hingga saat ini, Merkurius terus mendingin. Namun, ahli geologi tak yakin apakah Lobate Scarps masih terbentuk.
Penelitian yang diterbitkan pada 2 Oktober di Jurnal Nature Geoscience mengamati Merkurius lebih dekat.
Hasilnya, terlihat retakan kecil yang menunjukkan bahwa Lobate Scarps itu berpindah dalam 300 juta tahun terakhir.
Yap, para peneliti menemukan tanda-tanda yang jelas bahwa banyak lereng curam yang terus bergerak.
Baca Juga: Merkurius Mencapai Titik Tertinggi di Langit, Bagaimana Cara Melihatnya?
David Rothery, ahli geologi mengibaratkan Lobate Scarps seperti kerutan yang terbentuk pada apel.
Hanya saja, apel menyusut karena mengering. Sementara Merkurius menyusut karena menjadi dingin.
Merkurius memiliki perbedaan lapisan batuan dengan Bumi. Inti planet ini hanya dilapisi oleh lapisan batuan setebal 400 km.
Hal ini membuat proses pembekuan pada inti dan memengaruhi lapisan batuan di luarnya hingga akhirnya menyusut.
Secara total, diameter Merkurius diperkirakan sudah menyusut sekitar 21,7 kilometer sejak planet ini terbentuk.
Ada Graben di Permukaan Merkurius
Seperti Bobo sebutkan sebelumnya, lereng curam di Planet Merkurius terus bergerak. Apa akibatnya, Bo?
Pesawat ruang angkasa yang mengorbit Merkurius selama 2004-2015 pun mengambil gambar jarak dekat.
Di gambar itu terlihat graben, yakni retakan kecil yang sejajar dengan garis patahan, tepat di sebelah Lobate Scarps.
Peneliti menemukan 48 graben yang dikonfirmasi dan 244 fitur lainnya yang kemungkinan juga merupakan graben.
Gambar graben itu terlihat kabur, tim pun menghitung kalau usia batuan itu sudah sekitar 300 juta tahun.
Baca Juga: Sering Dijuluki Bintang Senja, Apa Saja Ciri-Ciri Planet Merkurius?
Graben ini terbentuk dari garis patahan yang mencoba membengkokkan sebongkah batuan yang kaku.
Adanya graben yang terbentuk karena patahan ini menunjukkan kalau ada gempa tektonik di Planet Merkurius.
Yap, pergerakan lereng curam tidak hanya menghasilkan graben, tapi juga bisa menyebabkan gempa.
Skala gempa yang terjadi di Merkurius kemungkinan terasa lebih kecil, mengingat ukuran planetnya.
Penyusutannya Tidak Merata
Uniknya, penyusutan di Planet Merkurius tidak merata, lo. Yap, tidak semua bagiannya mengalami penyusutan.
Hal ini bisa terlihat karena kerutan raksasa tidak tersebar merata di permukaan Merkurius.
Beberapa wilayah, seperti daratan vulkanik di bagian utara menunjukkan lebih banyak kerutan raksasa.
Bersumber dari National Geographic, ini disebabkan oleh variasi kekuatan batuan di seluruh planet ini.
Bisa jadi ada batuan yang sangat kuat, tapi ada juga yang cukup lemah sehingga alami penyusutan.
Inilah yang mengakibatkan respons yang berbeda terhadap tekanan akibat pendinginan di Merkurius.
Nah, itulah penjelasan tentang penyusutan Planet Merkurius. Kira-kira Merkurius bisa sampai sekecil apa, ya?
Baca Juga: Ciri-Ciri dan Karakteristik Planet Merkurius, Planet Terdekat dengan Matahari
----
Kuis! |
Berapa jarak Merkurius dengan Matahari? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | Live Science,National Geographic |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR