Bobo.id - Teman-teman, apakah kamu pernah mengenal fenomena alam gletser?
Gletser adalah massa es yang besar, tebal, dan bergerak yang terbentuk dari kumpulan es salju berusia bertahun-tahun.
Gletser terbentuk di daerah dengan curah hujan dan salju yang cukup tinggi, sehingga salju bertambah setiap musim dingin dan menumpuk seiring waktu.
Fenomena gletser di seluruh dunia memiliki keunikan yang beragam.
Beberapa waktu lalu, teman-teman telah mengenal South Col sebagai fenomena gletser tertinggi di Gunung Everest.
Nah, saat ini kita akan mengenal gletser yang lain, yang terletak di Afrika Selatan.
Bersumber dari Livescience, baru-baru ini para ilmuwan menemukan adanya gletser berusia 2,9 miliar tahun, disebut sebagai gletser tertua di dunia.
Penemuan tersebut kemudian diterbitkan dalam Jurnal Geochemical Perpectives Letters.
Nah, pada artikel ini, Bobo akan mengajak teman-teman untuk mencari tahu fakta tentang gletser tertua dunia tersebut.
Yuk, simak!
Para ilmuwan diketahui menemukan sedimen glasial berusia 2,9 miliar tahun di dekat ladang emas Afrika Selatan.
Baca Juga: Indah dan Memukau, Bagaimana Fenomena Alam Embun Es Bisa Muncul?
Untuk mendukung penemuan tersebut, para ilmuwan menggali endapan dan meneliti sampel dari lokasi lapangan timur laut Afrika Selatan.
Wilayah tersebut merupakan bagian dari Pongola Supergroup, rangkaian batuan vulkanik dan sedimen yang sudah terbentuk sejak 3,2 miliar tahun lalu.
Di tempat inilah, sedimen endapan glasial terpelihara dengan sangat baik.
Ilya Bindeman, seorang profesor geokimia isotop dan vulkanologi di Universitas Oregon menjelaskan bahwa penemuan ini masih utuh dan tidak berubah sejak masa awal Bumi.
Untuk mendukung pernyataan tersebut, para ilmuwan juga mengumpulkan sampel batuan sedimen di Kaapvaal Craton, batuan kuno yang terletak di wilayah tenggara Afrika Selatan.
Dari penelitian itu, para ilmuwan berhasil menemukan morain glasial tertua di dunia, teman-teman.
Itu adalah puing-puing yang ditinggalkan oleh gletser yang secara bertahap mengalami pencairan dan penyusutan.
Penemuan gletser tertua ini kemudian mendukung teori bahwa wilayah Afrika Selatan pernah berada dekat dengan salah satu kutub.
Banyak teori sejarah menguraikan bahwa hampir 10.000 tahun yang lalu, wilayah Bumi mengalami pencairan dan menandai berakhirnya zaman es.
Zaman es, atau zaman glasial, adalah periode dalam sejarah bumi di mana sebagian besar daratan tertutup oleh es yang tebal.
Selama zaman es, suhu global menurun menyebabkan penimbunan es yang luas di wilayah kutub dan pegunungan.
Baca Juga: Pusaran Air Terbesar Ketiga, Bagaimana Fenomena Alam Pusaran Air Corryvreckan Muncul?
Zaman es dapat dibagi menjadi periode glasial dan periode interglasial.
Periode glasial merupakan masa ketika es menutupi sebagian besar daratan, sedangkan periode interglasial merupakan periode singkat ketika suhu meningkat dan es mencair sebagian.
Faktanya, belahan bumi Utara mulai menghangat sekitar 13.000 tahun laku, ditandai dengan mancairnya gunung es sehingga Samudra Altantik Utara mengalami banjir.
Selain banjir, belahan bumi Utara juga mengalami pendinginan yang disebut Drya Muda.
Drya Muda ini memengaruhi arus laut, sehingga menyebabkan Atlantik Selatan memanas, menghasilkan karbon dioksida yang tersimpan di atmosfer.
Jika ini terus terjadi, maka belahan Bumi Selatan dapat mencair dalam 1.500 tahun ke depan.
Saat ini, bumi berada dalam periode interglasial dan mengalami pemanasan global yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Apa itu gletser? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Source | : | Livescience |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR