Bobo.id - Di Indonesia ada banyak sekali danau, namun kebanyakan hanya danau hanya ada satu warna.
Kalau mau lihat danau dengan pemandangan warna-warni, maka kita bisa berkunjung ke negara Tiongkok.
Di sana ada sebuah Danau Garam Yuncheng. Diketahui, danau ini terletak di Provinsi Shanxi, Tiongkok.
Saat musim panas tiba, air jernih di danau garam itu akan berubah menjadi warna pelangi yang cantik!
Ada banyak warna yang diciptakan oleh air danau. Ada warna magenta, hijau, hingga warna biru laut, lo.
Salah satu daya tarik utama dari Danau Garam Yuncheng adalah warna-warninya yang menakjubkan.
Ketika Matahari terbenam atau bersinar dengan intensitas tertentu, danau ini berubah seperti palet warna.
Mulai dari merah, oranye, kuning, hingga biru, dan hijau. Warna-warni ini seperti lukisan alam indah.
Lalu, apa ya yang menyebabkan Danau Garam Yuncheng ini memiliki warna-warni yang bisa berubah?
Ternyata, ini adalah pengaruh dari kandungan mineral di dalamnya. Ada garam, belerang, dan mineral lain.
Misalnya, kadar garam tinggi bisa menciptakan efek kristalisasi yang memantulkan cahaya Matahari.
Baca Juga: Fenomena Alam Pantai Cavendish di Kanada yang Punya Pasir Merah, Kenapa Bisa Begitu?
Tak hanya itu, perubahan warna di Danau Garam Yuncheng ternyata juga dipengaruhi oleh ekosistemnya.
Yap, meski punya kadar garam tinggi, danau ini jadi rumah bagi organisme seperti alga dan ganggang.
Jika jumlah ganggang meningkat seiring dengan meningkatnya suhu, maka perubahan warna terjadi.
Di musim panas, pertumbuhan alga mengubah warna air berkat spesies alga bernama Dunaliella salina.
Spesies alga ini akan berubah warna saat bereaksi dengan garam. Biasanya ciptakan warna merah.
Bersumber dari Britannica, Danau Garam Yuncheng ini juga sering disebut sebgai Laut Mati Tiongkok.
Ini karena danau ini memiliki tingkat salinitas yang tinggi, mirip dengan Laut Mati di Timur Tengah.
Salinitas merupakan jumlah garam yang ada di air. Jika salinitasnya tinggi, artinya jumlah garamnya tinggi.
Laut atau lautan dikenal memiliki salinitas yang relatif tinggi, rata-rata sekitar 35 ppt (atau 3,5%).
Sementara di sebagian besar danau, tingkat salinitasnya biasanya rendah. Namun tidak di Danau Garam Yuncheng.
Kadar salinitas ini dipengaruhi oleh penguapan, curah hujan, dan interaksi dengan batuan dan tanah.
Baca Juga: Alaska Rentan terhadap Fenomena Gempa dan Tsunami, Apa Alasannya?
Di musim dingin, ketika suhu turun di bawah 23 derajat Fahrenheit, garam di Yuncheng membentuk kristal.
Kristal itu dikenal sebagai Garam Glauber yang membuat pemandangan jadi indah dan kelap-kelip.
Dengan pesona alamnya yang luar biasa, Danau Garam Yuncheng ini jadi destinasi wisata yang populer.
Letaknya di ketinggian 324,5 meter dan mencakup area 132 kilometer membuat danau ini populer.
Namun, dengan meningkatnya jumlah pengunjung, tantangan konservasi atau pemeliharaan pun muncul.
Perlu diambil langkah untuk melindungi keindahan alam ini agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Program konservasi, edukasi, dan regulasi wisata perlu diterapkan untuk mencegah kerusakan lingkungan.
O iya, dulu Garam Yuncheng dipanen secara tradisional dengan proses yang cukup rumit dan panjang.
Bahkan, proses pemanenan ini diakui secara resmi oleh Provinsi Shanxi sebagai warisan takbenda, lo.
Namun sejak tahun 1980-an, para produsen sudah meninggalkan proses ini dan beralih ke pemanenan modern.
Nah, itulah informasi lengkap tentang fenomena alam Danau Garam Yuncheng. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Fenomena Alam Pantai Memanjang, Inilah Keindahan Pantai Ngurtafur di Maluku
----
Kuis! |
Di mana letak Danau Garam Yuncheng? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | CNN,Britanica.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR