Bobo.id - Pada materi IPAS kelas 5 SD, kita akan belajar tentang bencana alam yang membuat Bumi berubah.
Bumi selalu mengalami perubahan. Perubahan ini bisa terjadi secara alami dan tanpa peran dari manusia.
Salah satunya adalah bencana alam, seperti gempa bumi, gunung meletus, gelombang tsunami, dan lainnya.
Yap, bencana alam yang baru Bobo sebutkan tadi memang sering terjadi di negara kita, Indonesia.
Indonesia memang merupakan negara kepulauan tropis yang memiliki kekayaan alam berlimpah.
Meski begitu, Indonesia juga berada di wilayah yang rawan sekali terhadap bencana alam, teman-teman.
Di halaman 220, ada pertanyaan: mengapa Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam terutama gempa bumi?
Apakah teman-teman sudah menemukan jawabannya? Berikut ini Bobo akan berikan alternatifnya. Yuk, simak!
Jawaban:
Bersumber dari Kompas.com, ada beberapa penyebab Indonesia jadi negara yang rawan bencana alam, yakni:
Bencana alam sering terjadi di Indonesia karena wilayahnya dilalui Sirkum Pasifik atau Cincin Api Pasifik.
Baca Juga: Apa Penyebab Peristiwa Alam Berubah Menjadi Bencana Alam? Materi Kelas 5 SD
Cincin Api Pasifik adalah tempat bertemunya banyak lempeng tektonik. Ia juga membentuk banyak gunung berapi.
Nah, dari 452 gunung berapi di Cincin Api Pasifik, sekitar 127-nya berada di wilayah Indonesia, lo.
Padahal menurut National Geographic, 90 persen gempa bumi di dunia berasal dari Cincin Api Pasifik.
Inilah yang membuat wilayah Indonesia rawan bencana alam, terutama gempa bumi dan letusan gunung.
Penyebab Indonesia rawan bencana selanjutnya adalah karena wilayahnya yang dilewati sabuk Alpide.
Sabuk Alpide adalah sabuk seismik yang terbentuk dari bertemunya lempeng Eurasia, India, dan Australia.
Hal ini membuat sabuk Alpide menjadi wilayah kedua paling rawan gempa bumi setelah Cincin Api Pasifik.
Besar kecilnya kekuatan gempa tergantung pada besarnya tekanan yang terjadi akibat pergerakan lempeng.
Jika kedua lempeng bergesekkan satu sama lain, kemungkinan akan terjadi gempa yang cukup besar.
Bersumber dari Britannica, sabuk Alpide melewati kawasan Mediterania ke arah timur melalui Asia.
Tak berhenti di situ, sabuk Alpide juga melewati Sumatra, Jawa, dan bertemu dengan Cincin Api Pasifik.
Baca Juga: Ingat Jangan Panik! Ini 8 Cara Hadapi Gempa di Berbagai Tempat
Berada di Cincin Api Pasifik dan Sabuk Alpide inilah yang membuat Indonesia jadi rawan bencana alam.
Ternyata wilayah Indonesia memiliki curah hujan tinggi, yakni sekitar 1.000 hingga 4.000 per tahunnya.
Penyebab curah hujan tinggi adalah karena wilayah Indonesia berada di garis khatulistiwa, teman-teman.
Daerah khatulistiwa menerima sebagian besar energi Matahari yang menyebabkan banyak penguapan.
Banyaknya penguapan ini menghasilkan lebih banyak curah hujan yang mengguyur wilayah Indonesia.
Curah hujan yang cukup tinggi tiap tahunnya ini membuat Indonesia rawan bencana banjir dan longsor.
Apalagi, wilayah Indonesia banyak yang merupakan gunung dan dataran miring yang kurang stabil.
Tak hanya membuat curah hujan tinggi, berada di garis khatulistiwa juga membuat Indonesia jadi negara tropis.
Sebagai informasi, iklim tropis ini terdapat pada posisi 23,5 derajat lintang utara dan 23,5 derajat lintang selatan.
Hal ini membuat wilayah Indonesia rentan terkena badai, topan, dan juga siklon tropis yang sering terjadi.
Itulah alasan mengapa Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam terutama gempa bumi. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: 3 Fenomena Alam Tsunami Terbesar di Jepang yang Sangat Berbahaya
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud dengan sabuk alpide? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR