Bobo.id - Teman-teman, pernahkah kamu mendengar atau membaca tentang fenomena solstis?
Solstis adalah peristiwa ketika kutub suatu planet condong paling ekstrem ke arah atau menjauhi bintang yang diorbitnya.
Bersumber dari space.com, fenomena solstis musim dingin tahun 2023 dimulai pada 19 Desember kemarin.
Menurut prediksi astronom, solstis musim dingin 2023 akan menandai awal musim panas di Belahan Bumi Selatan.
Solstis musim dingin merupakan fenomena yang terjadi ketika Matahari berada di titik paling jauh ke selatan, juga sering disebut fenomena titik balik matahari musim dingin.
Pada saat solstis musim dingin ini berlangsung, matahari menempuh jalur terpendek sehingga menghasilkan siang dengan sinar matahari paling sedikit.
Ini berarti akan ada fenomena malam terpanjang, teman-teman.
Lantas, di manakah dampak fenomena solstis musim dingin ini akan terjadi? Yuk, cari tahu faktanya!
Di Mana Terjadinya?
Solstis musim dingin akan menyebabkan matahari bersinar di area yang tidak merata, karena planet Bumi miring pada porosnya sebesar 23,4 derajat.
Artinya, ketika Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam satu tahun, ada saat ketika Matahari lebih sedikit di Belahan Bumi Utara.
Baca Juga: Bintang Terbesar di Alam Semesta, Bisa Menampung Miliaran Matahari!
Selain itu, menjelang fenomena ini, siang hari akan menjadi semakin pendek di Belahan Bumi Utara.
Solstis musim dingin biasanya berlangsung pada 22 Desember di Belahan Bumi Utara dan 22 Juni di Belahan Bumi Selatan.
Pada hari pertama musim dingin, Matahari berada di langit hanya sekitar 8 jam, sehingga menyebabkan malam terpanjang dan hari terpendek.
Jadi, wilayah yang akan mengalami fenomena solstis musim dingin akhir tahun ini adalah Belahan Bumi Utara, teman-teman.
Tradisi Unik yang Dilakukan
Dengan berkurangnya jumlah paparan sinar matahari pada siang hari, maka masyarakat akan lebih sering merasa dingin saat solstis musim dingin berlangsung.
Bersumber dari National Geographic, masyarakat menanggapi peristiwa alam ini dengan banyak berdoa.
Sebab, mereka harus menghadapi kegelapan dan cuaca dingin dalam waktu yang tidak sebentar.
Tradisi doa ini dilakukan di Inggris Raya, di mana terdapat monumen Batu Intihuatana (tiang penyangga matahari) di Stonehenge.
Di lokasi sekitar monumen tersebut, masyarakat akan berkumpul dan berdoa memohon agar mampu bertahan di sepanjang sisa musim dingin.
Suku Sol dari Norse, Aztec Huitzilopochtli, Helios Yunani yang menjadikan Matahari sebagai dewa, juga melakukan tradisi unik.
Baca Juga: Apakah Matahari Bergerak Mengelilingi Galaksi Bimasakti? Ini Faktanya
Mereka akan memasang dekorasi berupa tanaman hijau, khususnya pohon cemara dianggap sebagai simbol kehidupan.
Ini merupakan cara masyarakat kuno untuk menunjukkan simbol ketekunan hidup selama musim dingin dan janji kembalinya matahari.
Setelah itu, perayaan Natal mulai muncul di seluruh dunia.
Peringatan natal ditetapkan pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya, bersamaan dengan musim dingin di berbagai daerah di dunia.
Meski bulan Desember dianggap sebagai bulan Natal, banyak orang Eropa masih meneruskan tradisi perayaan titik balik matahari musim dingin.
Maka dari itu, pohon cemara yang diterangi dengan lampu-lampu dan hiasan Natal mulai populer dipasang di berbagai negara saat Natal.
----
Kuis! |
Apa itu Solstis? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | space.com |
Penulis | : | Grace Eirin |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR