Bobo.id - Selama ini kita mungkin mengira kalau serangga hanyalah sebagai hama yang harus dihindari.
Tapi ternyata ada beberapa jenis serangga yang bisa dikonsumsi dan mengandung nutrisi untuk tubuh, lo.
Walau terlihat aneh, tapi memakan serangga bisa membantu mencukupi kebutuhan protein, lo.
Dikutip dari Kompas.com, serangga adalah salah satu bahan makanan yang kaya akan protein tinggi dan beberapa aman dikonsumsi manusia.
Bahkan kandungan protein serangga bisa mencapai 35 hingga 60 persen kebutuhan harian orang dewasa.
Bahkan ahli diet juga menyebut kalau kandungan protein serangga terkadang bisa lebih tinggi daripada daging dan telur.
Lalu jenis serangga apa saja yang aman untuk dikonsumsi manusia? Mari simak penjelasan berikut.
Belalang telah lama menjadi bagian dari bahan makanan di beberapa bagian dunia.
Negara-negara seperti Thailand, Laos, dan Meksiko telah menjadikan belalang sebagai campuran dalam masakan tradisional mereka.
Belalang kaya protein, lemak sehat, dan serat yang membuatnya menjadi makanan menyehatkan.
Baca Juga: Jadi Makanan Khas Papua, Benarkah Ulat Sagu Punya Protein Tinggi?
Bahkan di Indonesia, kita juga bisa menemukan beragam olahan dari belalang seperti belalang goreng.
Selain belalang, jangkrik juga jadi jenis serangga yang aman untuk dikonsumsi manusia.
Jenis serangga ini dapat dikonsumsi utuh, digoreng, atau dijadikan tepung serangga untuk berbagai produk pangan.
Jangkrik mengandung asam lemak omega-3, vitamin B12, dan zat besi.
Jangkrik termasuk jenis serangga yang bisa tumbuh dengan cepat dan tidak membutuhkan banyak lahan. Hal ini membuatnya jadi serangga yang mudah untuk diternak.
Serangga ini pun banyak dijadikan bahan makanan di beberapa negara, seperti Indonesia, Bangkok, hingga Australia.
Ulat sagu biasa ditemukan hidup di dalam pohon sagu dan jadi salah satu bahan makanan yang kaya protein.
Di berbagai wilayah di Asia Tenggara termasuk Indonesia, ulat sagu banyak dijadikan makanan dengan cara mengolah yang beragam.
Selain kaya protein, ulat sagu juga dikenal karena kandungan lemak dan mineral di dalamnya.
Baca Juga: Tak Perlu Matikan Lampu, Ini 5 Cara Usir Laron di Dalam Rumah
Beberapa warga lokal banyak mengolah ulat sagu menjadi camilan hingga lauk pauk.
Kumbang tenebrionidae, atau sering disebut kumbang tepung, juga termasuk serangga yang banyak dikonsumsi manusia.
Jenis kumbang ini banyak dijadikan bahan makanan di beberapa negara seperti Meksiko dan Afrika.
Serangga ini sering diolah menjadi tepung serangga yang kemudian jadi bahan dasar memasak.
Ada banyak jenis roti, kue, hingga produk makan lain yang dibuat dari bahan dasar tepung kumbang.
Tepung kumbang ini mengandung protein tinggi, serat, dan beberapa mineral esensial.
Serangga lain yang juga bisa jadi makanan adalah rayap yang biasa merusak perabot kayu di rumah.
Dikutip Kompas.com, rayap adalah hewan yang kaya kandungan mangan. Kandungan ini berperan dalam metabolisme dan berguna untuk tulang.
Bahkan rayap disebut punya 100 kali kandungan mineral yang lebih baik daripada jenis serangga lain yang juga bisa dimakan.
Baca Juga: 6 Hewan yang Punya Sarang Unik, dari Burung Namdur hingga Rayap
Beberapa negara di Asia dan Afrika banyak menggunakan rayap dalam berbagai hidangannya.
Itu beberapa jenis serangga yang bisa jadi makanan manusia dan disebut menyehatkan.
Meski begitu, teman-teman yang memiliki alergi baiknya tidak mengonsumsi beragam jenis serangga dalam jumlah banyak karena membuat alergi kambuh.
(Foto: Creative Commons/Bukky658)
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI dan diperiksa ulang oleh Redaksi Bobo.id.
----
Kuis! |
Negara mana saja yang makan belalang? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Penulis | : | Amirul Nisa |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR