Bobo.id - Pada materi kelas 5 SD tema 8, kita akan diajak membaca teks yang berjudul "Tari Suling Dewa".
Sebelumnya, kita telah belajar tentang berbagai macam tradisi yang ada di tempat asal orang tua kita.
Tradisi yang dilakukan masyarakat secara turun temurun itu memiliki tujuan yang berbeda-beda dan khas.
Sebagai contoh, ada tradisi tarian di Nusa Tenggara Barat yang tujuannya untuk memanggil hujan.
Tarian itu adalah Tari Suling Dewa. Untuk lengkapnya, baca teks "Tari Suling Dewa" di halaman 85, yuk!
Air merupakan sumber kehidupan. Ketika hujan tidak turun dalam waktu lama, bencana kekeringan dapat melanda suatu daerah.
Saat itu banyak kegiatan manusia terganggu karena berkurangnya air bersih akibat kekeringan.
Banyak cara dilakukan masyarakat untuk menghadapi bencana kekeringan, misalnya di Desa Bayan, Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Ketika musim kemarau tiba, para tokoh adat atau sesepuh adat Desa Bayan melakukan ritual lewat tarian yaitu Tari Suling Dewa.
Tarian tersebut merupakan sarana permohonan doa kepada Tuhan yang Mahakuasa agar hujan segera turun.
(Sumber: Buku Tematik Kelas 5 SD Tema 8)
Baca Juga: Jawab Soal dari Teks 'Siklus Air dan Bencana Kekeringan', Materi Kelas 5 SD
Setelah membaca teks "Tari Suling Dewa", kita diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada di halaman 86.
Apakah teman-teman sudah menemukan jawabannya? Berikut ini Bobo akan berikan alternatifnya. Simak, yuk!
Jawaban:
Tari Suling Dewa merupakan suatu tarian yang berasal dari Desa Bayan, Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada zaman dahulu, Desa Bayan mengalami kekeringan yang terus berlangsung hingga tiga tahun lamanya.
Hal ini mengakibatkan gagal panen dan kematian banyak tanaman yang biasanya diolah jadi makanan pokok.
Jawaban:
Tradisi Tari Suling Dewa ini dilakukan saat musim kemarau berkepanjangan yang melanda Desa Bayan.
Sebab, jika masalah kekeringan itu tidak segera diatasi, maka warga Desa Bayan bisa meninggal karena kelaparan.
Jawaban:
Berdasarkan teks "Tari Suling Dewa", Tari Suling Dewa ini dilakukan oleh semua sesepuh adat Desa Bayan.
Baca Juga: Ada Beberapa Wilayah Indonesia yang Belum Turun Hujan, Apa Sebabnya?
Bagi pemain atau penari pria, biasanya mereka akan mengenakan sarung dan kain yang diikatkan di pinggang.
Sementara itu, untuk penari wanita akan menggunakan sarung, kemben, dan selendang saat menari Tari Suling Dewa.
Sesuai namanya, Tari Suling Dewa akan diiringi oleh suling dan syair atau tembang yang dibawakan oleh Inan Gending.
Jawaban:
Tari Suling Dewa dilakukan sebagai sarana permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa agar hujan bisa segera turun.
Suara dari tiupan Suling Dewa ini diyakini warga setempat sebagai suara komunikasi antara langit dan air hujan.
Warga setempat meyakini bahwa suling memiliki nilai yang sama dengan manusa karena tidak berbunyi jika ditiup.
Sama halnya dengan manusia, mereka tak akan hidup jika tidak ada roh dari Tuhan yang Maha Esa di dalamnya.
Tarian ini juga diyakini bisa mengusir binatang buas atau hewan pengganggu, seperti hama tikus atau burung di ladang.
Jawaban:
Air penting bagi semua makhluk hidup terutama manusia karena air merupakan sumber kehidupan manusia.
Baca Juga: 6 Dampak Perubahan Iklim pada Manusia dan Lingkungan, Kekeringan hingga Kepunahan
Manusia memerlukan air karena 90% tubuh adalah cairan. Selain itu, air juga digunakan untuk sarana kebersihan.
Nah, itulah alternatif untuk menjawab pertanyaan dari teks "Tari Suling Dewa". Semoga bisa bermanfaat, ya.
----
Kuis! |
Bagaimana asal mula Tari Suling Dewa? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023
Source | : | Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR