Bobo.id - Matahari dan delapan planet di tata surya termasuk Bumi berada dalam sebuah galaksi. Yap, Bimasakti!
Meski terdiri dari banyak objek berukuran besar, tetapi galaksi Bimasakti sangat kecil di alam semesta, lo.
Alam semesta adalah ruangan yang sangat luas. Di sanalah tempat tata surya, galaksi, dan bintang berada.
Ada banyak teori pembentukan alam semesta. Salah satunya adalah teori big bang atau ledakan besar.
Saat ketika big bang terjadi, alam semesta meluas begitu cepat dan ia terus meluas sampai hari ini, teman-teman.
Di periode awal, alam semesta mengembang 90 kali lebih besar, berubah dari ukuran subatom ke ukuran bola golf.
Diperkirakan, perluasan alam semesta ini disebabkan oleh tumbukan dengan alam semesta yang lebih besar.
Meski alam semesta terus meluas, masih ada kemungkinan dua galaksi saling bertabrakan. Kenapa, ya?
Alam Semesta Mengembang
Sebelum mengetahui penyebab galaksi bertabrakan, cari tahu fakta tentang alam semesta yang mengembang, yuk!
Para astronom memperkirakan alam semesta mengembang dengan kecepatan 67,5 km per detik per megaparsec.
Baca Juga: Galaksi Bimasakti di Langit Indonesia, Kapan Waktu Terbaik Menyaksikannya?
Seperti Bobo sebutkan, alam semesta mengembang karena ia tergabung dengan alam semesta yang lainnya.
Penggabungan dengan alam semesta lain bisa meningkatkan volume alam semesta kita atau perluasan, lo.
Jadi, alam semesta kita lah yang sebenarnya terserap ke dalam alam semesta 'induk' yang lain, teman-teman.
Setelah diserap, alam semesta kita terus bertabrakan dengan 'bayi semesta' lain dan menggabungkannya juga.
Sayangnya, hingga kini, peneliti tidak memiliki gambaran rinci tentang bagaimana proses penyerapan terjadi.
Bukti dari mengembangnya alam semesta ini adalah ketika kita mengamati sebuah galaksi yang sangat jauh.
Ketika para astronom mengamati dengan teleskop, galaksi-galaksi itu saling menjauh satu sama lain.
Pengamatan itu pun juga menyiratkan bahwa alam semesta di masa lalu lebih kecil daripada yang ada sekarang.
Galaksi Tetap Bertabrakan
Meskipun alam semesta terus meluas, tetapi masih ada saja dua galaksi yang bertabrakan di alam semesta.
Ternyata, ini disebabkan oleh pertempuran antara kekuatan gravitasi dua galaksi dan mengembangnya alam semesta.
Baca Juga: Bisakah Lubang Hitam Melahap Galaksi Induknya? Ini Penjelasannya
Kekuatan gravitasi antara dua galaksi ini bisa membuat keduanya berada cukup dekat satu sama lain.
Sementara itu, mengembangnya alam semesta berusaha untuk memisahkan dua galaksi yang berdekatan itu.
Saat itu terjadi, kekuatan gravitasi dua galaksi itu menang sehingga kedua galaksi tadi akan bertabrakan.
Hal ini pula yang sedang terjadi pada galaksi kita. Yap, galaksi Bimasakti dengan galaksi spiral Andromeda.
Gravitasi antara galaksi kita dengan Andromeda memenangkan pertarungan lawan pengembangan alam semesta.
Penggabungan Bimasakti dan Andromeda
Andromeda sendiri merupakan galaksi berusia 10 miliar tahun yang berjarak sekitar 2,5 juta tahun dari Bumi.
Dari sekian banyak galaksi yang ada di alam semesta, galaksi Andromeda terlihat bergerak mendekati Bumi.
Kabarnya, 4,5 miliar tahun lagi, galaksi Bimasakti dan Andromeda akan bertabrakan dan membentuk galaksi baru.
Saat kedua galaksi besar ini akhirnya bertemu, daya gravitasinya akan membuat dua galaksi berantakan.
Tak lagi berbentuk spiral, keduanya akan jadi galaksi besar dengan bentuk tak beraturan selama jutaan tahun.
Itulah alasan galaksi masih bisa bertabrakan meski alam semesta terus mengembang. Semoga bisa bermanfaat, ya!
Baca Juga: Bisakah Galaksi Berubah Bentuk Karena Pembentukan Bintang? Ini Faktanya
----
Kuis! |
Berapa kecepatan alam semesta mengembang? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Keren! Anak-anak Jenius Ciptakan Kota Ramah Lingkungan Lewat Game di National Coding Competition 2024
Source | : | Kompas.com,Info Astronomy |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Sarah Nafisah |
KOMENTAR