Jadi, "keringat darah" adalah cairan berminyak hasil kombinasi zat hipposudoric acid dan norhipposudoric acid.
Cairan itu tak berwarna, tetapi setelah beberapa menit terkena Matahari, pigmen merah-oranye akan terbentuk.
Yap, tepat sekali. Pigmen merah-oranye itulah yang membuat muncul istilah "keringat darah" pada kuda nil. Hihi.
Berperan sebagai Tabir Surya
Kuda nil memang memiliki kulit tebal. Namun, kulit tebalnya itu tidak cuku melindunginya dari Matahari.
Sebab, kulit kuda nil sangat sensitif, terutama jika terpapar sinar Matahari dalam kurun waktu yang lama.
Kulitnya bisa meradang dan pecah-pecah. Untuk menghindari hal itu, kuda nil sering berendam saat siang hari.
Namun, kalau harus beraktivitas di waktu siang, untunya hewan ini punya "keringat darah" untuk melindungi kulitnya.
Yap, "keringat darah" yang diproduksi kuda nil ternyata memiliki profil penyerapan cahaya, termasuk sinar ultraviolet.
Ini artinya, "keringat darah" kuda nil berperan sebagai tabir surya alami. Hasilnya, kulitnya jadi lembap, deh.
Pigmen Merah untuk Antibiotik
Baca Juga: Kuda Nil Bisa Membuka Mulutnya Hingga Selebar 1,2 Meter, Apa Tujuannya?
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | Kompas.com,National Geographic |
Penulis | : | Fransiska Viola Gina |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR