"La Mote pasti sedang lapar. Atau ibunya pasti sedang pergi. Huh, kenapa sih, La Mote tidak bisa mandiri!" keluh Bangau.
Bangau mencoba tetap bersantai. Namun La Mote terus saja menangis. Semakin lama, tangisnya semakin keras seakan meminta pertolongan.
"Ada apa, ya?" Bangau mulai cemas. Ia segera terbang ke rumah La Mote. "Astagaaa... " Bangau terbelalak kaget saat melihat pohon La Mote.
Tampak Srigala sedang mencakar-cakar batang pohon. Sesekali hewan itu meraung-raung sambil melihat ke atas pohon. Sementara itu, La Mote menggigil dan bertahan di atas pohon.
Sebenarnya, Srigala juga sahabat dekat Bangau. Namun Bangau sengaja tidak menyapanya. Ia ingin tahu ada apa yang terjadi. Dengan santai Bangau mendarat di atas pohon tempat La Mote.
"Hai, La Mote! Kamu kenapa teriak-teriak? Sedang lapar ya?" Bangau pura-pura tidak tahu kalau La Mote sedang ketakutan.
"Oh sahabatku! Aku tak tahu kalau kamu ada di dalam rumahmu. Tapi syukurlah kalau kamu bisa mendengar suaraku," jawab La Mote girang. "Aku dikejar-kejar Srigala. Dia menungguku di bawah," jelas La Mote.
"Oo... kasihan sekali kamu La Mote. Kalau kamu lapar, ayo ke rumahku. Aku punya banyak makanan untukmu!" kata Bangau tetap bersandiwara. Dengan semangat La Mote naik ke punggung Bangau. Sahabatnya itu lalu terbang.
Setiba di rumah Bangau, La Mote makan dengan lahap. Ia lalu menceritakan kejadian tadi.
"Waktu itu aku sedang mencari-cari ibuku, tiba-tiba aku melihat Srigala tidur di bawah pohon.Tadinya aku ingin bertanya, apa dia melihat ibuku. Tapi ternyata dia sedang tidur pulas. Tiba-tiba, aku melihat seekor lintah besar di daun telinganya. Hati-hati sekali, kutarik lintah itu dengan jari-jariku. Tapi susah dilepas. Mungkin lintah itu sedang mengisap darah Srigala. Akhirnya kugigit lintah itu. Tapi karena kurang hati-hati, mendadak Srigala terbangun... Aku sangat takut sebab Srigala langsung berdiri dan mengaum. Kalau marah, dia bisa mencabik-cabik tubuhku. Aku sudah mengganggu tidurnya, dan mungkin juga melukai daun telinganya dengan gigiku. Aku langsung lari dan naik ke atas pohon. Tapi dia terus menunggu di bawah pohon..."
Bangau mengangguk-angguk. "Oo, begitu cerita..."
"Iya. Aku takut dan mulai lapar. Itu sebabnya aku menangis terus."
"Hmm, tapi... aku sangat kenal Srigala. Dia sahabat baikku. Dia tidak sejahat yang kamu bayangkan. Aku akan bertanya padanya, kenapa dia mengejarmu," kata Bangau, lalu terbang menemui Srigala.
"Aku sedang asyik menikmati sinar matahari ketika mendengar teriakan La Mote tadi..." Bangau memulai ceritanya. "Dia bilang, dia tidak sengaja menggigit telingamu. Tapi kamu malah marah dan ingin membunuhnya," sambung Bangau.
Srigala terbelalak kaget, "Ya ampuuun, dia salah sangka. Lihatlah! Telingaku tidak luka. Ini berdarah karena bekas gigitan lintah yang sudah lepas. Itu juga karena La Mote yang melepaskannya. Aku mengejar dia karena kukira La Mote mengajakku bercanda. Sebagai ucapan terima kasih, aku ingin menemaninya bermain..." cerita Srigala.
Bangau mengangguk gembira karena kini ia tahu persoalannya. Ia segera kembali ke rumahnya, dan menjelaskan kesalahpahaman itu pada La Mote. Anak kera itu merasa sangat bersalah karena telah salah sangka.
La Mote bersama Bangau lalu menemui Srigala. Dengan malu-malu La Mote menyodorkan tangannya untuk minta maaf. Srigala memeluknya dengan gembira. Mereka bertiga tertawa geli, lalu bermain bersama. Kesalahpahaman mereka bisa diselesaikan berkat Bangau, si sahabat yang bijak.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR