Dengan pasukan yang tersisa, Cut Nyak Dhien terus melakukan perang gerilya melawan Belanda. Pada tahun 1901, Cut Nyak Dhien tertangkap Belanda dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat dan wafat di sana.
Cut Nyak Meutia lahir tahun 1870. Ia dikenal sebagai pejuang melawan Belanda dari tanah Aceh.
Pada awalnya, ia berjuang bersama suaminya Teuku Cik Tunong. Namun, suaminya gugur dalam peperangan melawan Belanda di pantai Lhokseumawe. Cut Nyak Meutia lalu menikah dengan Pang Nagroe, seorang pejuang sahabat suaminya. Cut Nyak Meutia lalu bergabung dengan pasukan Teuku Muda Gantoe.
Dalam peperangan melawan Belanda di Paya Cicem, Cut Nyak Meutia kembali kehilangan suaminya. Dengan sisa-sisa pasukannya, Cut Nyak Meutia terus berjuang melawan Belanda. Namun dalam perang di Alue Kurieng, Cut Nyak Meutia gugur.
Pocut Baren
Pocut Baren lahir 1880. Ia dikenal sebagai ulama perempuan dan pejuang yang gigih dalam melawan Belanda. Ia pernah bergerilya bersama Cut Nyak Dhien. Meskipun Cut Nyak Dhien tertangkap dan suaminya gugur dalam pertempuran melawan Belanda, Pocut Baren terus berjuang tak kenal lelah. Karena serangan Belanda cukup gencar, pasukan Pocut Baren bersembunyi di sebuah gua.
Untuk menangkap Pocut Baren, pasukan Belanda membakar hutan di sekitar gua, sehingga pasukan Pocut Baren kacau balau.Dalam peristiwa itu, Pocut Baren tertembak kakinya dan luka parah. Pocut Baren akhirnya wafat di kampung halamannya.
Pocut Meurah Intan
Pocut Meurah Intan adalah keturunan bangsawan Aceh. Ia dikenal sebagai satu-satunya keluarga Kesultanan Aceh yang belum menyerah dan tetap anti Belanda. Semangat anti Belanda itu diwariskan kepada putra-putranya.
Setelah berpisah dengan suaminya, Tuanku Abdul Majid yang telah menyerah kepada Belanda, Pocut Meurah Intan mengajak putera-puteranya untuk tetap bergerilya melawan Belanda.
Namun, salah satu putranya, Tuanku Muhammad Batee tertangkap dalam perang di Tangse dan dibuang ke Tondano, Sulawesi Utara. Tak lama kemudian, Pocut Meurah Intan tertangkap dan dibuang ke Blora, Jawa Tengah, dan meninggal di sana.
Sejarah telah mencatat, perempuan Aceh adalah perempuan yang gigih dalam membela bangsa dan menegakkan kedaulatan negara.
Sumber foto: malahayati.ac.id, alchetron.com
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR