"AAA...!!" Ota menjerit ketakutan saat anjing berbulu hitam itu berlari-lari sambil menyalak ke arahnya. Taras, Luna, dan Kiria tertawa geli sekali melihat tingkah Ota.
"Bonbin! Niiih!" Taras melemparkan semacam pil berbau amis ke arah anjing itu. Pil itu bahkan tak sempat mendarat di lantai karena Bonbin langsung melahapnya.
"Ck... Ck... Ck..., enggak pake dikunyah lagi, lo!" seru Kiria kagum.
"Memang itu apa sih, Ras? Kok, si Bonbin sampe segitu doyannya?" tanya Luna.
"Vitamin. Tapi baunya memang amis banget. Jadi Bonbin suka. Mungkin dia pikir daging," jelas Taras sambil mengusap-usap kepala anjing kampungnya itu dengan sayang.
"Ya, ampuuun! Hilang lagi!" Tiba-tiba, terdengar suara kelihan dari balik semak-semak.
Geng LOTRIA berpandangan. Mereka segera menyibak semak-semak yang menghalangi pandangan mereka. Tampak seorang wanita anggun berkacamata. Wajahnya yang kini sedang muram itu sangat mirip dengan Taras.
"Mama? Kenapa?" tanya Taras heran.
"Sore, Tante," dengan kompak Geng LOTRIA yang lain memberi salam.
Mama Taras tersenyum dan mengangguk sekilas. Kemudian menjawab, "Bunga mawar Mama, Ras! Hilang lagi! Sudah tiga hari berturut-turut selalu hilang sekuntum-sekuntum."
Kening Geng LOTRIA langsung berkerut heran. Rumpun bunga mawar itu terletak di tengah-tengah halaman rumah Taras yang super luas. Tak mungkin orang luar yang mengambilnya.
***
"Tapi, kalau orang dalam yang mencuri mawar itu, siapa? Lagi pula, untuk apa ia mencuri mawar? Mawar kan enggak seberapa harganya," Luna bergumam sendiri.
"Kalau kita tahu jawabannya, kita enggak bakal berkumpul di sini buat ngomongin hal ini," celoteh Ota, langsung disambut dengan jitakan dari Kiria. Saat itu, mereka memang berkumpul untuk memecahkan misteri hilangnya mawar mama Taras.
"Yang mencuri..., pasti orang dalam," gumam Taras. Geng LOTRIA kaget.
"Tapi siapa?" gumam Taras lagi seperti pada dirinya sendiri.
Geng LOTRIA yang lain pun ikut bingung. Tiba-tiba Taras menjentikkan jarinya. "Kemungkinannya cuma ada dua. Mbak Mimil atau Pak Dodo," cetusnya.
"Mbak Mimil atau Pak Dodo? Masa sih?" kening Kiria berkerut heran sambil menyebut nama pelayan dan supir di rumah Taras itu.
"Kita harus selidiki!" kata Ota sok tahu.
***
"Pak Dodooo... Pak Dodooo!" pagi-pagi, Taras berseru-seru dalam seragam sekolahnya. Sebelah tangannya bersandar di mobil dan wajahnya tampak agak kesal. "Mbak Mil, Pak Dodo kemana, sih? Aku sudah terlambat, nih!" tegur Taras pada Mimil yang sedang menyapu di halaman.
Gadis berusia dua puluh tahun yang periang itu menoleh pada Taras, "Mungkin sedang ke rumah tetangga sebelah, Mas Taras. Pak Dodo kan baru kenalan sama babysitter cantik di rumah sebelah."
Taras tidak terlalu memerhatikan jawaban mbak Mimil. Keningnya malah berkerut, mengamati benda yang tersemat di rambut Mimil. "Itu apa, Mbak? Bunga mawar?"
Mimil menyentuh bunga mawar merah itu di rambutnya. Lalu tersenyum malu-malu. "Eeeh... Iya... Hehehe... Biar kayak bintang film-bintang film Amerika gitu lo, Mas."
Taras baru saja mau membuka mulut untuk bertanya. Namun perhatiannya teralihkan pada Pak Dodo yang berlari-lari datang. "Maaf, Mas Taras. Maaf! Mari... mari...!" Supir yang masih bujangan itu cepat-cepat membukakan pintu untuk Taras.
Taras pun teringat, dia benar-benar sudah hampir terlambat ke sekolah. Maka dia cepat-cepat menghambur masuk ke dalam mobil.
***
"Tapi, kalau Mbak Mimil yang mengambil bunga itu, dia tidak mungkin sebodoh itu memamerkan pada orang-orang," kata Kiria sambil meluncur di atas roller skate ungu-nya.
"Bisa aja dia pura-pura cuek, Kak," bantah Ota tak mau kalah, sementara kakinya mengayuh sepedanya kuat-kuat untuk menjajari Kiria.
"Hmm... yang jelas, kita enggak mungkin main tuduh sembarangan," Taras ikut berkomentar sambil menghentikan laju sepeda balap kerennya.
Sambil mengerem luncuran skateboard-nya dengan sabak ngat lincah, Luna tiba-tiba berseru keras, "Aaah! Aku punya ide bagus! Aku jamin Mbak Mimil akan mengaku!"
***
"AAA…!" jeritan itu terdengar melengking di pekarangan rumah Taras.
"Mbaaaak…" terdengar teriakan Taras menggelegar.
Mbak Mimil yang sibuk mengepel teras langsung berhenti. Dengan sebelah tangan memegangi setangkai mawar yang menghiasi rambutnya, dia terburu-buru berlari menuju sumber suara.
Begitu sampai di sana, Mbak Mimil terbelalak kaget. Ota tampak memegangi tasnya dengan ketakutan. Sementara Bonbin terus mengendus-endus tas Ota dengan sangat bersemangat. Taras berusaha menarik mundur tali yang mengekang Bonbin dengan sekuat tenaga.
"Bantu aku, Mbak Mil! Bantu aku!" seru Taras.
Mbak Mimil baru saja bergerak. Namun Pak Dodo lebih cepat melemparkan lap mobil, meninggalkan mobil yang sedang dicucinya, dan menolong Taras.
"Sudah! Sekarang, kamu cepat pergi!" seru Taras pada Ota.
"I-iya... iya!" kata Ota gemetar. Dia langsung menghambur pergi dari tempat itu.
"Ada apa, Mas? Kok... heboh begini?" tanya Mbak Mimil.
"Ota tak mau mendengarkan omonganku. Sudah kubilang, Bonbin ini bisa melacak pencuri. Dia tak percaya. Dia malah mau ngetes. Dia masukkan sebuah buku aku ke dalam tas. Terus dia suruh aku buktikan kalau Bonbin bisa mengetahui bahwa dia yang mengambil buku itu. Eeeh, begitu terbukti, dia malah ketakutan sendiri!" Taras menggeleng-gelengkan kepalanya.
Mbak Mimil tampak mengangguk-angguk polos.
"Eeeh! Tunggu dulu!" seru Taras tiba-tiba. Di balik kacamatanya, sepasang mata Taras berbinar-binar, tanda dia mendapatkan sebuah ide bagus. "Kenapa enggak aku suruh aja Bonbin melacak siapa pencuri bunga mawar Mama! Caranya kan gampang. Tinggal aku ajak dia ke rumpun mawar, mencium bau tubuh orang yang mencurinya, dan kemudian menangkap orangnya! Waaah! Ideku cemerlang…"
Dengan riang gembira Taras menarik tali Bonbin. "Ayo, Bonbin! Kita lacak sekarang juga!"
Mbak Mimil terpaku di tempatnya, tepat di samping Pak Dodo yang juga tertegun. Taras tersenyum simpul. “Ayooo! Mengakulah Mbak Mimil! Ayo mengaku,” gumam Taras di dalam hati.
"T-tunggu dulu Mas Taras! T-tidak perlu! Saya... saya mengaku! Sayalah pencuri bunga itu!"
Tuh kaaan! Taras tersenyum lebar. Eeeh! Tetapi aneh... Taras tiba-tiba sadar. Kenapa malah suara laki-laki yang mengucapkan pengakuan itu? Taras menoleh dengan bingung. Tampak Pak Dodo menatap Taras. Wajahnya pucat dan sikapnya serba salah. Taras menganga. "Yang... yang mencuri bunga…, Pak Dodo?" tanyanya tak percaya.
"I-iya, Mas... Maafkan saya...," gumam Pak Dodo lemah.
"Ini di luar dugaan!" seru Kiria lantang. "Buat apa?" Kiria, Luna, dan Ota kemudian keluar dari persembunyian.
"S-saya... saya berikan pada babysitter rumah sebelah, Mas," aku Pak Dodo nyaris tak terdengar. “Soalnya, katanya…, dia suka mawar…”
"Terus ini?" Luna menunjuk ke bunga di rambut Mbak Mimil dengan bingung.
Mbak Mimil kaget dirinya dituduh. Dia buru-buru melepaskan bunga mawar di rambutnya dan memberikan pada Luna.
"Haaah? Bunga palsu?" seru Luna kaget.
"Lah iya, Non Luna... kalau asli, saya dapat darimana pakai bunga tiap hari," sahut Mbak Mimil lugu. Geng LOTRIA garuk-garuk kepala.
"Pak Dodo, lebih baik Pak Dodo mengaku pada Mama soal pencurian bunga itu," Taras menasihati lembut.
Pak Dodo tampak sangat ketakutan. Tetapi dia mengangguk pelan dan pasrah.
Luna pun tersenyum. "Jangan khawatir, Pak... Aku yakin, Tante pasti marah. Tapi tidak akan menghukum Pak Dodo terlalu berat. Kan cuma bunga... Asal Pak Dodo janji tidak akan mengulanginya lagi."
"Iya, Non Luna... Terima kasih! Saya janji saya tidak akan mengulanginya lagi," angguk Pak Dodo lagi sambil berbalik masuk ke dalam rumah. Tetapi sedetik kemudian dia berbalik lagi. "Tapi, ngomong-ngomong, Pak Dodo penasaran. Memangnya benar Bonbin bisa melacak pencuri seperti anjing pelacak polisi?"
Geng LOTRIA langsung berpandangan sambil mengulum senyum. Ota membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah benda yang langsung disahuti dengan gonggongan penuh semangat Bonbin. Ternyata, sebutir vitamin kesukaan Bonbin!
"Enggak, Pak. Bonbin cuma mengejar tas Ota karena ada bau vitamin anjing yang sangat menyengat, makanan kesukaannya saja," jelas Taras.
Guk! Guuuk! Bonbin semakin bersemangat melihat butir vitamin itu kini diacung-acungkan. Begitu semangatnya, sampai tali pengekang yang dipegang oleh Taras terlepas karena tenaga Bonbin. Bonbin langsung lari menuju Ota. Ota terbelalak ngeri.
"AAA…" pekik Ota ketakutan sambil lari terbirit-birit. Sebelah tangannya masih memegang sebutir vitamin anjing itu.
"Ya ampuuun! Otaaa! Jangan lari! Kasih saja vitaminnya!" seru Taras panik, sementara yang lain tertawa antara geli dan iba pada Ota.
( Cerita: Alexandra L.Y / Dok. Majalah Bobo )
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR