Seekor serigala buas sedang mencari mangsa. Sayangnya, ia tak menemukan mangsa di hutan. Serigala akhirnya mencoba mendaki gunung batu. “Mudah-mudahan aku bisa menangkap kambing gunung. Kalau tidak, bisa-bisa aku hanya makan daun seperti kambing,” keluhnya.
Maka perlahan-lahan, Serigala pun mendaki gunung di antara batu-batuan. Ia sebetulnya tidak terlalu suka mendaki bebatuan. Kakinya mulai lelah. Namun, kali ini, ia sangat ingin memangsa kambing gunung.
Saat sedang mendaki, tiba-tiba ia melihat seekor anak kambing gunung di salah satu puncak gunung itu. Puncak itu cukup tinggi. Serigala agak malas mendaki lebih tinggi lagi.
Anak kambing gunung itu tampak asyik melahap sedikit rumput yang tumbuh di sana. Serigala lalu mencoba menyapa ramah anak kambing gunung itu.
“Hei, anak kambing yang cantik… Sedang apa kau di situ?”
Anak kambing gunung terkejut. Namun, ibunya mengajari dia untuk berkata sopan. “Aku sedang makan rumput,” jawabnya.
“Kambing cantik, turunlah ke sini,” panggil Serigala dengan suara lembut. “Jangan bermain terlalu tinggi di atas sana,” rayu Serigala.
“Ah, aku senang di sini. Aku sudah biasa bermain di gunung batu,” kata anak kambing gunung. Selain diajarkan sopan santun, ibunya juga sering menasihatinya agar berhati-hati pada serigala yang licik.
“Kambing kecil yang cantik, aku takut kamu terjatuh. Jangan lukai dirimu. Turunlah… Hati-hati kakimu saat turun,” bujuk Serigala lagi.
“Terimakasih, Serigala. Tidak usah khawatirkan diriku,” jawab anak kambing gunung lagi dengan tetap sopan.
Akan tetapi, Serigala terus memaksa, “Datanglah kesini. Rumput di bawah sini lebih hijau dan lebih lezat daripada di atas sana. Kamu pasti lebih senang makan di sini…”
Kambing kecil menjadi waspada. Ia melirik dan berkata, “Serigala yang baik… Aku tahu, kamu mengundangku ke bawah sana, bukan supaya aku senang. Tapi untuk kesenanganmu sendiri. Maaf, ya, aku tak mau menjadi makan siangmu!” Dan seketika, anak kambing gunung itu melompat ke bukit batu yang lebih tinggi lagi.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore Fabel)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR