Pernikahan dan Kematian
Kartini mendapatkan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda, tetapi tidak diijinkan keluarganya karena pada tahun 1903 ia dinikahkan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat (seorang bangsawan dan bupati di Rembang).
Dari pernikahannya, R.A Kartini melahirkan anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari setelah melahirkan anaknya, R.A Kartini wafat pada tanggal 17 September 1904 di usia muda yaitu 25 tahun. Beliau kemudian dikebumikan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang.
Perjuangan
Suami R.A Kartini memahami apa yang menjadi keinginan R.A Kartini sehingga ia kemudian diberi kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama di Indonesia.
Pada tahun 1912, berdirilah Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang lalu Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta daerah lainnya. Sekolah tersebut kemudian diberi nama "Sekolah Kartini" untuk menghormati jasa-jasa Kartini. Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis dalam kolonial Belanda.
Buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'
Seorang pria Belanda bernama J.H. Abendanon (Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda) mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini pada teman-temannya yang berada di Eropa.
Buku berjudul 'Door Duisternis tot Licht' diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dengan judul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ yang terbit pada tahun 1922. Lalu pada tahun 1938, buku terjemahan Armijn Pane ini diterbitkan dengan format yang berbeda, yaitu 5 bab pembahasan sebagai roman kehidupan wanita. Pemikiran-pemikiran Kartini sebagai wanita pribumi menarik perhatian masyarakat dan mengubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap wanita pribumi.
Inspirasi
Kartini menjadi inspirasi W.R Soepratman menggubah lagu berjudul 'Ibu Kita Kartini'. Presiden Soekarno mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Isinya berupa penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional serta tanggal lahir Kartini (21 April) diperingati sebagai Hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya dalam emansipasi perempuan Indonesia.
Kartini adalah tokoh emansipasi wanita yang dibatasi adat istiadat, tetapi beliau rajin belajar. Yuk kita rajin belajar dan membaca juga agar dapat menginspirasi banyak orang.
Penulis | : | Dewi Setyawan |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR