Dataran Tinggi Dieng terletak di Provinsi Jawa Tengah. Di sana ada beberapa objek wisata yang bagus. Tetapi ada cerita di balik keindahannya itu.
Dieng mempunyai telaga yang indah. Tempat itu diberi nama Telaga Warna, karena air telaganya selalu mengeluarkan warna yang berbeda. Menurut cerita warga. Hal itu dikarenakan ada cincin bangsawan yang jatuh. Sehingga merubah air telaga tersebut.
Padahal, air telaga itu berubah karena kandungan belerang. Jadi, air di telaga tersebut mempunyai kandungan belerang. Jika terkena pantulan sinar matahari, airnya akan berubah warna. Berbeda sekali, ya, dengan cerita di legenda.
Kawah Sikidang
Kawah ini berada di sekitar Dataran Tinggi Dieng. Di sini kita akan melihat lava berwarna kelabu yang selalu bergolak. Tempat ini lumayan panas dan selalu mengeluarkan asap yang baunya cukup menyengat. O ya, ada cerita masyarakat, di balik terbentuknya kawah ini.
Menurut cerita, ada pangeran tampan dan kaya yang akan melamar Ratu Shinta. Dia bernama Kidang Karung. Namun, Ratu Shinta menyuruh Pangeran Kidang Karung untuk membuatkan sumur. Itu merupakan syarat dari ratu Shinta, jika ingin menikahinya.
Ketika Si Pangeran membuat sumur, Ratu Shinta dan pengawalnya berusaha untuk menimbun Sang Pangeran. Kenapa? Menurut Ratu Shinta, pangeran tersebut tidak setampan yang dibayangkan. Sebelum tertimbun, Sang Pangeran sempat kesakitan hingga sumur itu panas dan meledak-ledak.
Candi Dieng
Candi ini terletak pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Menurut perkiraan, candi ini dibangun antara akhir abad ke-7 sampai abad ke-9. Candi ini pertama kali ditemukan pada 1814 oleh seorang tentara Inggris. Saat itu, candi ini terendam dalam air telaga.
Nama Dieng berasal dari kata Di Hyang (bahasa Sangsekerta) yang artinya tempat tertinggi. Masyarakat zaman dulu percaya bahwa para dewa tingga di tempat yang tinggi. Agar bisa beribadah kepada dewa, masyarakat zaman dulu membangun candi di dataran tinggi, sebagai tempat ibadah.
Bagaimana? Apakah kalian ingin mengunjungi ketiga tempat tersebut secara langsung?
Sumber: diengplateau.com, pnri.go.id, astacala.org, Foto: Creative Commons
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR