Rini mempunyai seorang bibi yang baik sekali. Namanya Bibi Tantri. Bibi Tantri adalah adik bungsu ayahnya, dan masih kuliah di sebuah universitas. Rini sangat menyayangi bibinya, Bibi Tantri pun sayang padanya.
Setiap minggu Rini dan bibinya bertemu, tentunya di rumah Bibi Tantri. Itu sungguh saat-saat yang menyenangkan. Karena bibinya selalu menyuguhkan kue-kue yang enak, buatannya sendiri. Tapi yang paling menyenangkan adalah mendengarkan cerita-cerita bibinya. Bibi Tantri adalah gudang cerita, yang seolah tak ada habis-habisnya. la pernah bercerita tentang kura-kura dan kera yang ditangkap Pak Tani. Juga cerita kancil mencuri mentimun, kisah Cinderella, Pinokio, dan banyak lagi.
Terakhir, Bibi Tantri bercerita tentang Putri Api dan Pangeran Air yang saling menyayangi, tetapi tidak bisa menikah karena mereka terbuat dari benda yang berbeda. Sungguh, Rini kagum pada bibinya.
"Bi Tantri kelihatannya, kok, tidak pernah kehabisan cerita. Dari mana saja Bi Tantri dapatkan semua cerita itu?" tanya Rini suatu kali.
"Wah, banyak Rini! Waktu kecil, Bi Tantri selalu diberi cerita oleh nenekmu, saat mau tidur. Bi Tantri masih ingat cerita-cerita itu. Bi Tantri pun suka membaca apa saja. Pokoknya setiap kesempatan, Bi Tantri gunakan untuk membaca. Akhirnya, Bi Tantri pun bisa cerita apa saja," kata Bibi Tantri.
"Ah, Rini juga ingin seperti Bi Tantri. Rini akan membaca banyak buku."
Bibinya mengangguk dan tertawa senang.
"Lalu bagaimana dengan gaya bercerita Bi Tantri? Bi Tantri begitu bagus membawakannya," tanya Rini ingin tahu.
"Ada banyak orang yang pandai membawakan cerita. Misalnya Kak Kusumo atau Kak Seto. Bi Tantri melihat gaya mereka. Bi Tantri berpikir. Oh, begitu cara membawakan cerita. Tanpa sadar Bi Tantri pun sering meniru gaya mereka. Tapi yang paling penting adalah menjiwai cerita itu. Kalau tokohnya sedang sedih, kita pun harus membawakannya dengan sedih. Begitu, Rini yang manis!" Kata Bibi Tantri sambil mencubit pipi keponakannya.
Bibi Tantri memang sangat menyayanginya. Karena itu Rini ingin sekali menyenangkan hati bibinya. Rini tahu, beberapa hari lagi Bibi Tantri ulang tahun. Rini ingin sekali memberi hadiah ulang tahun padanya. Tapi apa? Rini tidak tahu. Rini terus berpikir, hadiah apa yang bagus. Saat pulang sekolah, Rini pun menyempatkan diri untuk melihat-lihat ke toko.
Ia mencari barang yang akan dijadikan hadiah. Rini menemukan barang yang bagus-bagus. Ada diary tebal bergambar bunga. Bibinya tentu senang diberi hadiah itu. Atau pigura foto dari porselen yang berbentuk rumah, kucing, burung dan berbentuk hati. Tempat foto itu begitu bagus dengan warna-warna yang lembut. Lalu Rini melihat harganya. Ooo, Rini menggeleng-gelengkan kepalanya. Ternyata mahal sekali barang-barang yang ada di toko itu. Sebetulnya wajar, barang yang bagus pasti mahal harganya. Sayangnya, saat itu Rini tidak mempunyai uang yang cukup untuk membelinya. Walaupun uang itu telah disisihkan dari uang sakunya selama sebulan.
Akhirnya Rini pulang tanpa membeli apa pun. la makin bingung memikirkan hadiah itu. Tetapi pada sore harinya, saat ia melihat Ayah membaca koran, Rini mendapat akal. Rini tahu bibinya senang memasak. la pun tahu, di koran yang terbit hari Mingggu, selalu terdapat resep masakan. Rini pun tersenyum senang. la tahu apa yang harus dilakukannya. Mula-mula Rini minta izin pada Ibu untuk mengguntingi koran-koran itu. Ibu menyetujuinya. Kemudian meminta beberapa puluh kertas putih pada Ayah, la segera mengambil lem. Dengan hati-hati, Rini menempelkan guntingan-guntingan koran itu pada kertas putih. Ada berpuluh-puluh guntingan koran yang ia susun.
Beberapa jam kemudian pekerjaannya selesai. la puas melihat hasil kerjanya. Lumayan rapi. Kemudian ia memanggil Ayah.
"Ada apa?" tanya Ayah.
"Ayah, kan, masih mempunyai kertas jilid. Boleh Rini minta sepasang?"
"Ambil saja di meja kerja Ayah."
"Tapi, Yah ...."
"Apalagi?" tukas Ayah yang merasa terganggu karena sedang membaca koran.
"Bisakah Ayah menolong sekali lagi?"
"Baiklah," sahut Ayah sambil meletakkan koran.
"Tolong jilidkan, Yah!" kata Rini sambil tersenyum. Ayah menggerutu tetapi Ayah membantunya juga.
Tak lama kemudian kliping itu selesai. Rini senang sekali. Dengan bernyanyi-nyanyi Rini membungkusnya dengan kado. Hari itu Bibi Tantri ulang tahun. Rini sengaja datang padanya, walaupun bukan hari Minggu.
"Hai, Rin! Tumben kamu datang," sapa Bibi Tantri.
"Rini memang sengaja datang ke sini, Bibi Tantri," kata Rini sambil memberikan kado ulang tahunnya.
"Hei! Hadiah untuk Bibi Tantri?" seru Bibi Tantri gembira. Lalu Bibi Tantri memeluk Rini.
"Terima kasih, terima kasih, anak manis. Bi Tantri senang, kau ingat ulang tahunku. Boleh Bi Tantri buka kado ini?" tanya Bibi Tantri. Rini mengangguk.
"Sebuah kliping masakan! Sebuah kado yang indah dan berguna. Terima kasih, Rini. Kau baik sekali!" kata Bibi Tantri. Ia tertawa senang.
Rini gembira sekali karena Bibi Tantri menyukai hadiahnya. Bibi Tantri lalu membuka-buka lembaran kliping itu.
"Nah, ini dia cake buah! Wah, kalau ada bahannya Bi Tantri mau membuat sekarang. Tiap hari Minggu pasti Bi Tantri membuatnya. Rini datang, ya?" kata Bi Tantri.
"Tapi mengapa Bi Tantri tidak membuat kue hari ini. Ini, kan, hari ulang tahun Bi Tantri?" tanya Rini heran.
"Sungguh, Bi Tantri lupa hari ini ulang tahun. Habis banyak ujian. Tapi sekarang sudah selesai semuanya. Kalau Rini mau, temani Bi Tantri ke pasar. Kita beli bahan-bahan untuk membuat kue. Kita buat kue yang enak. Mau?" tanya Bibi Tantri.
"Tentu saja, Rini mau!" sahut Rini. Keduanya pun tertawa gembira.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Renny Yaniar
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR