Siapa yang mau tinggal di rumah pohon? Hmm, ternyata ada, lo, orang yang tinggal di rumah pohon. Salah satunya adalah Suku Karowai dari Papua.
Baru Ditemukan
Suku ini baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua. Yup! Sampai pada tahun 1978, Suku Korowai baru mengetahui bahwa ada keberadaan manusia lainnya selain anggota mereka. Penduduk suku ini sekitar 3.000 orang. Suku Korowai adalah salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka.
Suku Kanibal
Bahasa Awyu-Dumut menjadi bahasa yang digunakan mereka sama seperti bahasa yang digunakan di wilayah tenggara Papua. Masyarakat suku ini memiliki kebiasaan memakan daging manusia atau kanibal. Namun sekarang, mereka sudah jarang melakukannya. Konon, Suku Korowai ini merupakan satu-satunya suku kanibal, yang masih ada di Indonesia hingga saat ini.
Mencapai 50 Meter
Rumah adat Suku Korowai terbilang unik. Mereka tinggal di rumah pohon, atau disebut juga Rumah Tinggi. Rumah mereka memang dibangun di atas pohon yang cukup tinggi. Tingginya mencapai 15 sampai 50 meter dari permukaan tanah, lo!
Memanfaatkan Pohon
Untuk membangunnya, mereka memilih pohon besar yang kokoh sebagai tiang utama. Lantainya terbuat dari cabang pohon. Dinding terbuat dari kulit pohon sagu, dan daun hutan digunakan sebagai atap. Sedangkan untuk merangkai rumah, digunakan tali rotan yang kuat. Para penghuni rumah pohon dapat menjangkau rumah dengan menggunakan tangga panjang yang disusun menjuntai ke bawah. Sebelum menempati rumah itu, mereka akan melakukan ritual malam mengusir roh jahat.
Menghindari Roh Jahat
Rumah Suku Korowai dibangun di atas pohon bukan tanpa alasan. Tujuannya antara lain untuk melindungi dari bencana alam seperti banjir, kebakaran, maupun menghindari serangan hewan buas dan gangguan roh-roh jahat. Suku Korowai percaya, semakin tinggi rumah pohon yang mereka buat, maka semakin jauh dari gangguan roh-roh jahat.
Wah, sepertinya seru ya, tinggal di rumah pohon sungguhan seperti itu!
Sumber foto: George Steinmetz
Penulis | : | Danastri Permata Putri |
Editor | : | YANTI |
KOMENTAR