Benda-benda sakral itu, seperti salib, patung Bunda Maria dan Yesus yang dibawa dari Portugis oleh para misionaris Katolik ke Noemuti pada abad ke-15. Benda-benda itu tidak saja memiliki nilai keagamaan, tetapi juga sejarah.
Kure, berdoa sambil mengunjungi keluarga
Pada hari Kamis, usai mengikuti misa Kamis Putih, mereka berkumpul di depan gereja untuk mengikuti acara kure. Kure memiliki makna berdoa sambil mengunjungi keluarga.
Arak-arakan umat dan prosesi kure ini sangat unik. Dipimpin tetua adat dan pastor, mereka mengunjungi 18 rumah induk ume mnasi. Di setiap ume mnasi, mereka berdoa dan pastor mendekati ume usi neno atau tempat khusus yang memajang benda-benda sakral untuk memercikkan air suci. Usai berdoa, mereka dijamu dengan hasil kebun yang telah disediakan.
Tradisi sef mau
Sesudah itu, pada hari Minggu Paskah, mereka mengadakan tradisi sef mau. Dalam sef mau, mereka membongkar semua dekorasi, bunga, dan gapura yang dihias pada malam Paskah untuk dibuang ke sungai. Konon, makna dari tradisi sef mau ini adalah meninggalkan kehidupan lama untuk menjalani kehidupan yang baru.
Warisan budaya Noemuti Kote
Tradisi kure di Noemuti Kote adalah warisan budaya yang sangat unik dan menarik. Sayang sekali, pemerintah belum mempromosikan tradisi ini untuk menarik turis datang ke Noemuti.
Ayo, siapa tertarik mau ke sana? Noemuti terletak 180 kilometer sebelah timur kota Kupang atau 18 kilometer sebelum Kafemanu.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR