Iva makan dua suap saja. Kepalanya tambah pening, susu pun hanya diminumnya sedikit. Papa membaca koran di beranda. Eli makan dengan lahap sambil terus berceloteh tentang baju baru pakai rompi yang akan dijahitkan Mami Ti.
"Makanmu sedikit sekali, Iva. Habiskan susumu!" kata Mami Ti.
"Sudah kenyang. Nanti saja sepulang sekolah!" kata Iva, lalu memasukkan gelas susu ke lemari es.
"Nanti sakit kalau sarapan pagi hanya sedikit!" kata Mami. Iva diam saja. Dalam hati Iva berkata, "Memang aku sedang sakit. Kamu saja tidak tahu." Dulu Mama selalu tahu kalau Iva sedang sakit. Kalau Iva murung pasti ditanya sebabnya.
Kata kawan-kawannya Iva sekarang kurus dan murung. Ya, habis bagaimana? Rasanya hidup Iva tidak enak sekarang. Banyak hal yang berubah. Sekarang tak ada lagi yang membuatkan tahu dan bumbu kacang tanah kesukaan Iva. Dan kadang-kadang masakan Mami Ti tidak Iva suka. Dan Iva pun tak bisa bicara dengan Mami Ti seperti dulu Iva cerita apa saja pada Mama. Mami Ti sering sibuk dengan tamu-tamu yang mengantar jahitan atau mengepas baju. Lagi pula entah mengapa Iva juga segan bercerita.
Minggu lalu mereka pergi ke pantai. Papa, Mami Ti, dan Eli berenang; sedangkan Iva duduk di tikar. Iva tidak bisa berenang dan tidak berminat. Papa dan Eli juga tidak bisa berenang, tapi mereka main air dengan gembira. Dan nanti setiap Minggu mereka akan belajar di kolam renang.
Dulu Mama suka bermain organ dan Iva menyanyi. Atau Iva yang bermain organ dan Mama yang menyanyi. Sekarang Iva bermain organ sendiri. Dan Iva malas menyanyi.
Akhirnya pagi itu Iva pergi ke sekolah. Hatinya amat gundah. Dalam mobil jemputan dia diam saja. Tak dihiraukannya anak-anak yang sibuk mengobrol. Iva baru ingat seharusnya dia minta izin pergi ke rumah Oma sepulang dari sekolah. Bercakap-cakap dengan Oma dan Doni mungkin menyenangkan. Di jalan kepalanya makin pening dan terasa berat. la ingin tidur. Dirabanya keningnya, panas. Mobil terus meluncur menuju ke sekolah.
Apa yang terjadi kemudian? Apakah Mami Ti itu ibu tiri yang baik? Apakah niat Iva untuk tinggal di rumah Oma terkabul?
Bersambung
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR