Bening membuka mulutnya. Serta merta Bi Tut berseru, "Warna coklat! Wah, enak sekali! Bibi boleh minta tidak?"
Bening menggeleng.
"Sekarang Bening ingin mencicipi permen yang lain," kata Bi Tut.
"Yang wamanya merah, hijau, dan putih. Oho, kita tunggu Mama pulang bawa oleh-oleh, mungkin permen atau makanan lain yang lebih enak."
Setelah meninggalkan Mita dan adiknya di beranda, Bi Tut kembali ke dapur. Bening sudah gembira lagi. Kembali berlari-lari dan tertawa-tawa. Mita was-was menjaga adiknya. Habis kadang-kadang Bening usil, ingin mengambil vas bunga atau menarik taplak meja. Bahkan, anak kecil itu mau melakukan hal-hal yang bisa mencelakakan dirinya.
Mita jadi capek. Capek sekali malah. Di samping harus mengikuti ke mana adiknya berlari, Mita tak henti-hentinya harus menegur atau melarang. "Jangan!" Sering ia berteriak begitu. Kemudian disusul teriakan yang lain, “Tidak boleh, Bening!"
Tetapi di lain waktu, Mita bersikap lunak. Ketika Bening tak mau makan, Mita merayu, "Makan ya, sayang, nanti Kak Mita kasih permen."
Eh, Mita marah-marah lagi ketika tiba waktunya tidur siang. Bening tidak mau bobok dan ingin permen lagi. Mita mengancam, "Kalau tidak mau bobok, Kak Mita cubit."
Adik menangis keras jadinya. Duh, duh, Bi Tut repot lagi!
Untung Mama datang lebih awal dari yang diperkirakan. Mama segera menggendong Adik. "Adik sudah makan dua permen," kata Mita. “Tapi ia minta lagi."
"Pelmen... pelmen..." minta Bening di sela-sela tangisnya.
"Kalau Bening makan banyak permen, Mama takut Bening sakit," kata Mama. "Mama pasti sangat repot bila Bening sakit."
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR