Sungguh senang hati Mita hari ini. Mama mau pergi. Bukannya Mita senang ditinggal Mama, melainkan senang Mama menyuruhnya menjaga adik. Bayangkan, menjaga adik dari pagi sampai sore! Asyik tidak, tuh!
"Jaga Bening baik-baik, Mita!" pesan Mama sekali lagi sebelum pergi. "Usahakan kau bisa mengurusnya sendiri, tanpa minta tolong Bi Tut."
"Beres, Ma!" jawab Mita gagah. Aduh, Mita bertambah senang. Dia bertanggung jawab penuh terhadap adiknya. Bi Tut pun tak boleh ikut campur. Bi Tut tugasnya di dapur saja!
Hingga siang Bening manis-manis saja. Dia senang berlari-lari dan tertawa-tawa. "Menjaga adik tidaklah sesulit yang dikatakan Ika," pikir Mita.
Ika, teman sekolahnya, pernah mengatakan bahwa menjaga anak kecil itu pekerjaan paling susah. Apalagi kalau anak kecil itu adik Ika sendiri. Biar dibayar berapa pun, Ika tak mau menjaganya.
"Tapi adikku tak serewel adik Ika," gumam Mita. Bening adalah anak kecil yang manis. Anak manis boleh dihadiahi permen yang juga manis. Mita pernah melihat seorang ibu yang memberi permen anaknya yang berkelakuan manis, tetapi bersikap tegas ketika anaknya minta permen terus.
Mita lalu memberi adiknya permen. "Cuma satu, ya!" katanya lembut. "Makan permen banyak, bisa batuk."
Bening tertawa dan cepat-cepat memasukkan permen ke dalam mulutnya. Mita tertawa melihatnya. "Kak Mita tak akan merebut permenmu. Kak Mita punya sekantong." Serta merta Mita memperlihatkan permennya itu.
Aih, Bening mulai nakal! Ia menggapai kantong permen kakaknya. "Jangan, dong!" tegur Mita sembari menjauhkan kantong permennya. Lalu, segera menyembunyikannya. "Anak kecil tak boleh banyak makan permen."
Nah, inilah awal kesulitan! Bening merengek-rengek minta permen kakaknya. Tentu saja dengan tegas Mita melarangnya. Ketika Bening mulai menjerit-jerit, buru-buru Bi Tut mendatangi.
"Adik mau merebut permen Mita," lapor Mita. “Tidak boleh kan, Bi? Kalau Adik batuk, Mama marah nanti."
"Oh, Bening mau permen lagi ya?" Bi Tut bertanya pada Bening. Berusaha meredakan tangisnya yang melengking tinggi. "Padahal Bening sudah makan permen. Coba, Bibi lihat warna apa permennya?"
Bening membuka mulutnya. Serta merta Bi Tut berseru, "Warna coklat! Wah, enak sekali! Bibi boleh minta tidak?"
Bening menggeleng.
"Sekarang Bening ingin mencicipi permen yang lain," kata Bi Tut.
"Yang wamanya merah, hijau, dan putih. Oho, kita tunggu Mama pulang bawa oleh-oleh, mungkin permen atau makanan lain yang lebih enak."
Setelah meninggalkan Mita dan adiknya di beranda, Bi Tut kembali ke dapur. Bening sudah gembira lagi. Kembali berlari-lari dan tertawa-tawa. Mita was-was menjaga adiknya. Habis kadang-kadang Bening usil, ingin mengambil vas bunga atau menarik taplak meja. Bahkan, anak kecil itu mau melakukan hal-hal yang bisa mencelakakan dirinya.
Mita jadi capek. Capek sekali malah. Di samping harus mengikuti ke mana adiknya berlari, Mita tak henti-hentinya harus menegur atau melarang. "Jangan!" Sering ia berteriak begitu. Kemudian disusul teriakan yang lain, “Tidak boleh, Bening!"
Tetapi di lain waktu, Mita bersikap lunak. Ketika Bening tak mau makan, Mita merayu, "Makan ya, sayang, nanti Kak Mita kasih permen."
Eh, Mita marah-marah lagi ketika tiba waktunya tidur siang. Bening tidak mau bobok dan ingin permen lagi. Mita mengancam, "Kalau tidak mau bobok, Kak Mita cubit."
Adik menangis keras jadinya. Duh, duh, Bi Tut repot lagi!
Untung Mama datang lebih awal dari yang diperkirakan. Mama segera menggendong Adik. "Adik sudah makan dua permen," kata Mita. “Tapi ia minta lagi."
"Pelmen... pelmen..." minta Bening di sela-sela tangisnya.
"Kalau Bening makan banyak permen, Mama takut Bening sakit," kata Mama. "Mama pasti sangat repot bila Bening sakit."
Akhirnya, sikap Mama yang lembut membuat Bening diam. Tak lama kemudian ia tertidur lelap mendekap dotnya.
"Mama begitu mudah mendiamkan adik!" keluh Mita. "Sama Mita, Adik tak mau menurut."
"Adik sangat nakal, bukan?"
"Ya, sedikit nakal!" jawab Mita "Mita capek terus melarangnya."
"Dan kalau ia membandel, Mita mengancamnya?" tanya Mama.
"lya, tapi Adik tetap saja bandel!"
Mama tersenyum dan mengangkat Mita ke pangkuannya. "Mita, siapa saja pasti tak suka terus-menerus dilarang dan diancam. Adik juga begitu. la merasa tak aman dan serba salah," jelas Mama. "Biarkan Adik bergerak bebas. Bila ia berbuat nakal, alihkan perhatiannya. Ajak Adik bermain."
Mama lalu menurunkan Mita dari pangkuannya. “Terima kasih, Mita telah membantu Mama menjaga Adik. Mita juga mesti tidur siang sekarang. Tapi sebelum bobok, Mita mau susu coklat?"
Mita mengangguk dan tersenyum. Mama tak memarahinya walau ia tak benar-benar berhasil menjaga Adik. Mama malah menawari susu coklat. Ah, Mama sangat sabar, baik, dan hangat. Mita ingin menjadi kakak yang bersikap seperti Mama.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Lena D
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR