Dahulu kala, hiduplah dua kakak beradik laki-laki. Ayah mereka adalah pahlawan desa yang gugur dalam pertempuran, bernama Serigala Tua. Penduduk desa tidak mau memanggil si kakak dengan nama yang diberikan ayahnya ketika ia lahir. Alasan mereka, karena si kakak belum memiliki prestasi apa pun. Maka mereka memanggil si kakak hanya dengan sebutan Putra Serigala Tua.
Si adik berkaki lumpuh. Ia tidak bisa berburu, namun sangat pandai mengukir kayu. Itu sebabnya, ia tetap dipanggil dengan nama pemberian ayahnya, yaitu Kijang Riang.
Satu hari, Putra Serigala Tua dirampok di hutan. Ia kalah saat melawan para perampok. Putra Serigala Tua pulang ke desanya dengan babak belur. Penduduk desa mengejeknya sebagai pengecut.
Putra Serigala Tua sangat malu. Ia pergi meninggalkan desa itu. Adiknya, Kijang Riang, segera menyusul kakaknya. Mereka membangun gubuk di dekat hutan. Putra Serigala Tua mencari makan dengan berburu di hutan. Sementara adiknya mengukir patung dan mengurusi rumah.
Pada suatu malam, saat tertidur di dekat perapian, Putra Serigala Tua mendengar langkah mengelilingi rumahnya. Ia mengira itu binatang buas. Ia langsung mengambil kayu api dari perapian dan keluar ke halaman rumahnya.
Ia mengibas kayu membara itu di udara. Lidah api pun keluar menerangi malam yang gelap. Tampaklah makhluk bermata menyala merah sedang menatapnya. Karena mengira itu beruang yang berdiri, Putra Serigala Tua melempar kayu api itu ke arah makhluk itu.
Kayu itu mengenai makhluk itu. Ia berteriak meraung dan lari ke arah hutan. Makhluk itu lalu bergelayut dari satu dahan ke dahan lain, masuk ke dalam hutan. Saat itulah Putra Serigala Tua tahu, kalau itu bukan binatang buas.
Paginya, Putra Serigala Tua memeriksa jejak kaki makhluk itu. Karena khawatir adiknya takut, Putra Serigala Tua tidak menceritakan misteri itu. Ia hanya meminta adiknya membuatkan sebilah pedang, karena ia akan berburu di hutan. Tanpa banyak bertanya, Kijang Riang membuatkan sebilah pedang untuk kakaknya.
Esoknya, Putra Serigala Tua pergi ke hutan. Ia terus masuk ke hutan yang paling dalam, melalui jalan kecil yang belum pernah dilaluinya. Ia terus berjalan menerobos tumbuhan yang rapat. Saat senja, ia tiba di sebuah lembah kecil hijau. Ia menggantung mantelnya di dahan pohon, lalu pergi berburu ayam hutan.
Putra Serigala Tua berhasil menangkap seekor ayam hutan. Ia mengumpulkan ranting, membuat api unggun, dan meletakkan panci di atasnya. Ia memasak sup ayam yang aromanya menyebar di udara.
Ia lalu duduk diam agak jauh dari api unggun. KREK! Tiba tiba terdengar bunyi ranting diinjak. Lalu terdengar lagi bunyi seperti orang mengendus-endus. Putra Serigala Tua tetap diam tak bergerak.
Sesosok makhluk tampak melangkah mendekati api unggun. Ketika ia masuk ke lingkaran cahaya api unggun, barulah Putra Serigala Tua tahu kalau itulah makhluk yang datang ke rumahnya. Setelah melihat makhluk itu dari dekat, Putra Serigala Tua baru teringat akan cerita ayahnya dulu. Itulah monster hutan yang ditakuti penduduk desa.
Source | : | Dok. Majalah Bobo / Folkore |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR