Fajar baru saja menyingsing. Kicau burung terdengar di pepohonan. Gelap berangsur-angsur menghilang dan terang membuat segala sesuatu menjadi indah. Awan biru, bunga merah, daun-daun hijau segar.
Di rumah mungil di sebuah kompleks perumahan kesibukan sudah dimulai. Tidak seperti biasanya, Nana dan Anto hari ini bangun sendiri. Mereka sudah menyetel weker setengah lima tepat. Di dapur, Mama juga sibuk menyiapkan nasi goreng.
“Kamu mandi saja, dulu, To. Kakak akan menyiapkan roti!” kata Nana kepada adiknya.
“Iya, Kak. Nanti jam enam seperempat kita berangkat, ya!” kata Anto.
“Iya!” jawab Nana singkat. Ia mulai memoleskan mentega ke roti, lalu menuangkan cokelat tabur ke atasnya.
“Ada acara apa di sekolah hari ini? Kalian bangun pagi sekali. Bangun sendiri, lagi!” kata Mama ingin tahu, sambil menaruh piring besar berisi nasi goreng.
“Tidak ada acara istimewa, Ma. Kami cuma mau bikin kejutan!” jawab Nana.
“Kejutan apa?” tanya Mama.
“Makanan di kantin mahal sekarang, akibat harga BBM naik. Jadi kami bawa roti untuk bekal istirahat dan sisanya kami jual. Pasti laku, Ma, karena kami jual lebih murah dari kantin. Untung sedikit tidak apa, sekalian menolong teman!” Nana menjelaskan.
“Ah, kalian memang kreatif!” puji Mama sambil mengiris ketimun.
“Kalau begitu besok Mama buatkan arem-arem, ya. Supaya tidak bosan!” kata Mama.
“Nanti sore saja, Ma. Sekalian aku bantu Mama. Aku mau belajar bikin arem-arem. Aku belum bisa, kan!” usul Nana.
“Boleh. Mama senang kalau kamu mau belajar!” kata Mama. “Kamu memang penuh semangat dan rajin!”
“Anaaaak siaaaapa duuuluuuu! Anak Bu Trimurti!” kata Nana sambil tertawa. Mama juga tertawa senang.
Anto sudah selesai mandi.
“Sudah selesai belum, Kak. Kalau belum, biar aku yang teruskan. Kak Nana mandi saja!” kata Anto.
“Hampir selesai. Kamu yang masukkan roti-roti ke dalam kantung plastik, ya, To!” kata Nana.
“Beres, Kak!” jawab Anto. Nana mandi. Setelah itu mereka makan. Sesuai rencana, jam enam seperempat mereka siap berangkat. Mama memberikan masing-masing anak uang Rp10.000,00.
“Hari ini tak usah Rp10.000,00. Cukup Rp6.000,00 saja, Ma. Kasihan, tiap hari Mama mengeluarkan uang begitu banyak untuk ongkos kami ke sekolah!” kata Nana.
“Lo, kalian mau jalan kaki sampai depan komplek? Kalau Rp6.000,00 kan, cuma cukup untuk biaya angkot pulang pergi ke sekolah!” kata Mama heran.
”Nanti pulang sekolah kalian jalan kaki lagi dari depan komplek ke rumah?”
“Tidak, Ma. Kami naik sepeda dari rumah sampai depan kompleks. Sudah itu baru naik angkot ke sekolah!” jawab Anto.” Kan, hemat ongkos ojek Rp2.000,00 sekali jalan!”
“Pulang pergi hemat Rp4.000,00. Untuk dua anak per hari hemat Rp8.000,00,” sambung Nana. “Haaa? Sepeda kalian ditaruh di mana?” tanya Mama.
“Kami titip di rumah Pak Dimas, ayah Nunik. Rumahnya, kan, besar. Teman-teman lain juga titip sepedanya di situ!” jawab Nana.
“Bayar berapa?” tanya Mama.
“Gratis, Ma. Pak Dimas yang menganjurkan kami titip sepeda. Katanya supaya anak-anak menolong beban orang tua, akibat kenaikan harga BBM. Bersama kita hemat, kata Pak Dimas!” Anto menjelaskan.
“Oooh, baik sekali Pak Dimas. Ia menyediakan halaman rumahnya agar anak-anak bisa titip sepeda,” kata Mama.
”Terima kasih, ya, kalian sudah menolong Mama. Jadi Mama tidak begitu pusing mengatur uang belanja!”
“Kan, bersama kita hemat. Biar BBM naik, yang penting dalam keluarga rukun dan kompak, ya, Ma!” kata Anto.
“Aah, bicaramu seperti orang dewasa saja!” kata Nana.
Mereka tertawa. Suasana pagi hari begitu menyenangkan.
“Sudah, ya, Ma. Kami pergi dulu!” kata Nana. Ia menyandang tasnya dan satu tas plastik berisi roti dan botol air.
Kedua anak itu menaiki sepeda mininya menyusuri jalan di komplek. Mama memandang anak-anak itu sampai mereka berbelok ke jalan utama. Hatinya penuh rasa syukur. Bersama kita hemat, kata Pak Dimas. Rukun dan kompak, kata Anto. Benar, itulah yang kita semua perlukan sekarang ini.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR