Hari Minggu tiba, hari yang dinanti-nanti oleh Luh Ayu. Biasanya, setiap hari Minggu Luh Ayu dan orang tuanya piknik di lapangan puputan Badung yang terletak di Denpasar. Lapangan ini sebenarnya adalah taman kota yang bernama “Lapangan Kapten Japa”. Setiap hari Minggu, lapangan ini akan ramai dikunjungi oleh bersantai.
“Ibu lagi masak apa Bu?” tanya Luh Ayu
“Mau bikin pisang goreng Luh. Nanti bisa kita makan di puputan,” jawab Ibu.
“Wiiihhh, pasti enak. Iluh bantu ya Bu,” kata Ibu.
“Nggih (iya), boleh-boleh. Iluh bisa kupas dan potong pisangnya,” jawab Ibu.
Ibu dan Iluh asik membuat pisang goreng di dapur. Wanginya sangat harum hingga mengundang Bapak yang baru selesai berkebun mampir ke dapur.
“Mihh, wangi sekali, lagi masak apa Luh?” tanya Bapak.
“Pisang goreng Pak,” jawab Luh Ayu penuh semangat.
“Boleh Bapak cicip?” tanya Bapak.
“Boleh, tapi cuci tangan dulu ya Pak, kan habis berkebun,” jawab Ayu.
Bapak pun mencuci tangan sampai bersih dan segera mencicip pisang goreng. Bapak membangi satu pisang goreg menjadi tiga, disuapkan ke Luh Ayu, ke Ibu, dan dimakan.
“Waaah enak sekali, enak sekali,” kata Bapak dan Luh Ayu bergantian.
“Siapa dulu yang bikin adonannya,” kata Ibu.
Merekapun tertawa bersama.
Sekitar pukul 3 sore, Luh Ayu, Bapak, dan Ibu sudah siap untuk berangkat. Tak menunggu waktu lama mereka pun langsung berjalan menuju depan gang untuk naik bemo (angkot). Untung saja masih ada angkot dari depan jalan sampai ke taman puputan Badung. Jadi, perjalanan lebih hemat dan mengurangi polusi.
Sesampainya di puputan, Luh Ayu langsung menuju ayunan, permainan yang ia suka. Ibu dan Bapak mencari tempat yang pas, lalu menggelar tikar kecil untuk duduk.
Luh Ayu begitu bahagia dan menikmati hijaunya rumput taman yang luas. Ia berlari kesana kemari. Ibu dan Bapak mengobrol sambil sesekali mengambil foto Luh Ayu.
Setelah lelah berkeliling, Luh Ayu menuju tempat Ibu dan Bapak.
“Wah ada balon!” seru Luh Ayu.
“Ini. Bapak beli buat Iluh,” kata Bapak.
“Yaaaaaay,” jawab Iluh girang.
Bapak pun segera mengikat benang balon ke pergelangan tangan kiri Iluh,”Ini Luh supaya tidak terbang,” kata Bapak.
Mereka bertiga lalu duduk bersama dan menikmati pisang goreng yang sudah dibuat di rumah. Iluh sudah makan tiga potong pisang goreng dengan lahapnya.
Tak lama kemudian, terdengar suara panggilan ke arah panggung yang berisi patung burung.
“Bu, pertunjukkannya sudah mau mulai. Ayo ke sana!” kata Luh Ayu penuh semangat.
Ibu dan Ayah pun langsung berkemas-kemas dan menggandeng tangan Luh Ayu mendekati panggung.
Setiap hari Minggu sore, di puputan biasanya akan ada penampilan dari sanggar atau TK. Mereka menampika tarian, drama, lagu daerah, permainan, dan banyak lagi. Inilah yang ditunggu-tunggu Luh Ayu setiap Minggu sore, menonton pertunjukkan.
Mata Luh Ayu berbinar menonton para siswa-siswi TK yang menari tari janger. Ia jadi teringat saat TK dulu juga pernah tampil di panggung ini, menampilkan drama tari Bali.
“Bu, pintar-pintar sekali anak-anak itu menari yah,” kata Luh Ayu.
“Iya, sama seperti Luh Ayu, pintar juga,” jawab Ibu.
“Asal terus latihan, pasti semakin bagus ngigelnya (menarinya) Luh,” tambah Bapak.
Luh Ayu, Ibu, dan Bapak menonton pertunjukkan sampai selesai, sekitar pukul 18.30 WITA.
Puputan mulai gelap dan mereka menuju deretan penjual makanan di pinggir puputan. Mereka makan tipat cantok (ketupat dengan sayur dan bumbu kacang). Iluh Ayu sangat senang datang ke puputan, menikmati taman yang indah, pertunjukkan seni, dan makanan lokal yang lezat.
Oleh: Putri Puspita
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR