“Ibu dan Bapak berjualan dimana?” Dokter Wita sangat penasaran.
“Di depan sekolah Alia,” jawab sang istri.
Dokter Wita begitu terkejut. “Roti kismis Alia, Bu?” tanya dokter Wita. Sang istripun mengangguk. Dokter Wita langsung memeluk ibu itu dan menangis di pelukannya. Sang Istri begitu bingung.
“Terima kasih Bu, terima kasih telah menolong saya dan kakek,” kata Dokter Wita. Sang istri masih diam saja tak mengerti.
“Saya Wita Bu, cucunya Kakek Ramdan. Setiap sore kakek bawa roti kismis buatan Ibu dan Bapak ke rumah untuk makan malam kami yang tak punya uang,” kata Dokter Wita sambil mengusap air matanya.
“Wah cucunya Kakek yang suka roti kismis ternyata kamu,” sang istri kembali memeluk Dokter Wita.
“Berkat kebaikan Ibu dan Bapak, kami bisa makan malam dan uang makannya ditabung untuk sekolah saya. Terima kasih banyak,” kata Dokter Wita. “Selama ini saya kuliah di Jakarta dan baru kembali kesini. Senang sekali bisa bertemu Ibu dan Bapak,” kata Dokter Wita.
Dokter Wita pun membantu sepasang suami istri itu membayar biaya operasi. Bukan hanya itu, Dokter Wita juga merawat sepasan penjual roti kismis itu seperti orang tuanya sendiri. Ia tak merasakan punya orang tua sejak lahir. Jadi, Dokter Wita sangat bahagia bisa merawat sepasang suami istri itu seperti orang tua sendiri.
Cerita oleh Putri Puspita | Bobo.ID
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR