Setiap tahun kita akan bertemu dengan tanggal kelahiran kita. Beberapa orang melakukan perayaan dengan meniup lilin yang terpajang di atas kue. Kenapa ulang tahun identik dengan kue dan meniup lilin? Lalu, sejak kapan tradisi itu ada di Indonesia?
Yunani kuno
Ternyata, kebiasaan merayakan ulang tahun dengan kue dan meniup lilin berasal dari tradisi orang Yunani Kuno. Saat ulang tahun, orang Yunani Kuno selalu membuat kue, sebagai rasa syukur kepada Dewi Bulan.
Kue yang mereka buat biasanya berbentuk bulat (melambangkan bulan). Lalu, bagian atasnya diberikan lilin yang menyala. Cahaya lilin itu diumpamakan sebagai cahaya bulan purnama. Jadi, kue dan lilin itu melambangkan bulan yang bercahaya.
Doa dan lilin tambahan
Orang Yunani Kuno selalu menambahkan satu buah lilin sebagai lambang keberuntungan. Orang yang meniup lilin biasanya mengucapkan doa dan harapannya di dalam hati.
Kebiasaan meniup lilin yang ada di atas kue inipun diikuti oleh orang Jerman dan orang Eropa lainnya. Di Indonesia, kebiasaan ini muncul saat orang Belanda datang.
Tradisi khas Indonesia
Sebelum tradisi kue dan tiup lilin muncul, masyarakat Indonesia sudah punya kebiasaan tersendiri dalam merayakan ulang tahun. Orang Jawa, misalnya, mereka punya tradisi merayakan ulang tahun dengan nasi kuning.
Selain itu, ada juga masyarakat yang merayakan ulang tahun dengan bancakan atau kenduriansambil membagi mangkok daun pisang, berisi nasi urap. Jadi, setiap daerah punya tradisi yang berbeda-beda dalam merayakan ulang tahun.
Teks: Willa/Rna, Ilustrasi: Ode
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR